Kementan Getol Latih SDM Pertanian Wujudkan Swasembada Pangan

Oleh : Ridwan | Sabtu, 05 Juli 2025 - 21:15 WIB

INDUSTRY.co.id - Bogor – Dalam rangka mendukung swasembada pangan berkelanjutan, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Pusat Pelatihan Pertanian (Puslatan), Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) bertema Peran Strategis Pelatihan Pertanian Mewujudkan Swasembada Pangan, Selasa (3/7).

Kegiatan ini diikuti oleh perwakilan widyaiswara dari UPT pelatihan lingkup Kementerian Pertanian, dengan tujuan mengidentifikasi, memperkuat, dan menyelaraskan peran pelatihan pertanian sesuai kebijakan BPPSDMP dan program prioritas Kementan.

Tim Widyaiswara Ahli Utama (WAU) menyampaikan gagasan tentang peran strategis widyaiswara dan pelatihan pertanian dalam mendukung swasembada pangan, yang kemudian didiskusikan bersama peserta.

Widyaiswara sebagai agen perubahan perlu diperkuat secara kelembagaan dan kompetensi, agar mampu menjembatani kebijakan dan praktik di lapangan. 

Profesionalisme widyaiswara juga dinilai penting untuk membangun jejaring dan meningkatkan kemampuan analisis secara multipolar.

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa peningkatan kompetensi SDM tetap menjadi prioritas, karena SDM pertanian adalah kunci percepatan pembangunan sektor ini, sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto.

Kepala BPPSDMP, Idha Widi Arsanti juga menekankan pentingnya SDM sebagai penentu produktivitas dan ketahanan pangan nasional.

“Pelatihan pertanian adalah penggerak utama agar petani semakin cerdas, mandiri, dan mampu mewujudkan kedaulatan pangan. Diperlukan terobosan pelatihan yang dapat diterima oleh semua level pengguna,” jelas Santi.

Kepala Pusat Pelatihan Pertanian, Inneke Kusumawaty menambahkan bahwa Widyaiswara khususnya yang utama perlu memberi kontribusi nyata dalam menyusun program, metode, dan penjaminan mutu pelatihan agar hasilnya terukur.

“Widyaiswara Ahli Utama tidak lagi cukup hanya berkutat pada pembelajaran teknis yang sebetulnya bisa ditangani instruktur,” tegas Inneke.

Menurutnya sejumlah rekomendasi strategis dapat segera ditindaklanjuti sebagai hasil kegiatan.

Rekomendasi tersebut meliputi Revitalisasi pelatihan, kurikulum, dan materi pelatihan agar selaras dengan isu global dan tantangan ketahanan pangan nasional, 

Penguatan kapasitas widyaiswara dan fasilitator pelatihan melalui TOT yang berkelanjutan dan kolaboratif. 

Integrasi program pelatihan dengan ekosistem kelembagaan pertanian seperti Brigade Pangan (BP), P4S, dan UPJA sebagai wahana praktik pembelajaran dan pembuktian dampak. 

“Monitoring dan evaluasi dampak pelatihan secara periodik dengan indikator kinerja yang terukur (output, outcome, impact). dan Pengembangan platform digital terintegrasi untuk pelatihan, diseminasi materi, serta dokumentasi praktik baik yang dapat diakses luas kapan saja," tegasnya.