Siswadhi Pranoto Loe: Industri Logistik Tidak Bisa Lagi Andalkan Sistem Konvensional
INDUSTRY.co.id - Jakarta - Perubahan cepat dalam pola konsumsi dan distribusi di era digital membuat sistem logistik konvensional semakin tidak relevan. Menurut pakar logistik dan transformasi digital, Siswadhi Pranoto Loe, sudah saatnya pelaku industri logistik beralih ke sistem berbasis data dan terintegrasi secara digital.
“Kita tidak bisa lagi mengandalkan sistem konvensional. Industri logistik harus berbasis data dan mampu beradaptasi secara cepat terhadap perubahan permintaan pasar,” tegas Siswadhi dalam wawancara bersama redaksi.
Ia menjelaskan bahwa sistem manual atau semi-digital hanya akan memperlambat proses pengambilan keputusan dan memperbesar biaya operasional. Padahal, di era e-commerce dan just-in-time delivery seperti sekarang, kecepatan dan visibilitas menjadi kunci utama.
Berdasarkan laporan Google e-Conomy SEA 2024, nilai pasar e-commerce Indonesia diperkirakan mencapai USD 160 miliar pada tahun 2025. Peningkatan ini memberikan tekanan besar kepada sektor logistik untuk beroperasi lebih cepat, akurat, dan fleksibel.
“Kalau perusahaan logistik masih mengandalkan pencatatan manual, proses telepon, atau spreadsheet, maka dia akan tertinggal. Hari ini kita bicara dashboard real-time, pelacakan otomatis, hingga analitik prediktif berbasis AI,” ujarnya.
Siswadhi mencontohkan bagaimana perusahaan logistik besar kini mulai mengimplementasikan sistem demand sensing — yaitu teknologi yang bisa memprediksi lonjakan permintaan pelanggan secara otomatis, bahkan sebelum pesanan terjadi. Sistem ini mampu menurunkan tingkat kesalahan pengiriman hingga 40% dan mengurangi kebutuhan stok berlebih.
Namun ia juga menekankan bahwa transformasi ini tidak hanya soal perangkat lunak, melainkan tentang perubahan pola pikir. “Banyak perusahaan membeli teknologi mahal, tapi masih menjalankan proses lama. Tanpa perubahan mindset dan pelibatan SDM, digitalisasi hanya jadi proyek mahal tanpa hasil nyata,” katanya.
Ia menyarankan perusahaan untuk memulai dari integrasi sederhana, seperti menyambungkan sistem gudang dengan sistem transportasi, lalu meningkat secara bertahap. “Kuncinya adalah konsistensi. Digitalisasi tidak harus langsung sempurna, tapi harus berjalan dan terus dievaluasi,” tambah Siswadhi.
Menurutnya, Indonesia bisa menjadi pemain besar logistik regional jika pelaku industri bersedia berinvestasi bukan hanya pada alat, tapi juga pada sistem dan sumber daya manusianya.