Synergy Partner Prima: Kejahatan Cyber Meningkat, Institusi Keuangan Wajib Memperkuat Sistem Pertahanan
INDUSTRY.co.id, Jakarta-Kejahatan siber telah menjadi ancaman sistemik yang memerlukan pendekatan mitigasi secara komprehensif. Kolaborasi lintas sektor, peningkatan literasi digital, serta investasi berkelanjutan dalam teknologi keamanan menjadi fondasi penting untuk menjaga kepercayaan publik dan stabilitas sektor perbankan digital.
Dalam seminar bertajuk Kejahatan Siber di Era Digital yang diselenggarakan Lembaga Synergy Partner Prima, di Hotel Mulia Senayan, Jakarta, Rabu (16/07/2025), jalannya begitu mengemuka karena membahas soal bahaya nyata dari kejahatan siber dalam dunia perbankan digital yang sering kali tidak disadari namun sangat merugikan.
Mohamad Sigit, Direktur Otoritas Jasa Keuangan, yang hadir sebagai keynote speaker, mengatakan, Institusi keuangan saat ini, tidak hanya dituntut untuk berinovasi pada produk dan layanan, namun juga wajib memperkuat sistem pertahanan mereka dari berbagai bentuk ancaman digital yang terus berevolusi.
“Banyak system yang diserang adalah di system pembayaran, karena celah keamanan, lewat komputer atau laptop karyawan atau bisa lewat vendor TI di perbankan. Ini menjadi titik masuk utama bagi peretas. Karena vendor seringkali memiliki akses ke berbagai sistem dan data perusahaan dan jika keamanan vendor lemah maka seluruh sistem yang terhubung juga rentan,”ujarnya
Insiden siber belakangan cukup banyak, bahkan satu bank bisa kebobolan ratusan miliar. Kejadian itu tidak hanya di bank bank besar tetapi juga sekuritas, Bahkan juga di bank-bank daerah, kejadiannya cukup masif. Kebanyakan muncul dengan menggunakan kecerdasan buatan (AI), ransomware dan belakangan kita dengar mereka menyerang system pembayaran yang ada di bank.
Dengan bantuan AI, mereka dapat menciptakan manipulasi data yang sulit dideteksi, seperti membuat video verifikasi wajah palsu untuk membuka rekening bank secara ilegal. Salah satu kasus yang pernah terjadi adalah penggunaan AI dalam pembukaan rekening fiktif di bank swasta, di mana pelaku berhasil menyalahgunakan data pribadi orang lain tanpa izin. ini menunjukkan bahwa perbankan kini menghadapi ancaman baru dari kejahatan berbasis AI, yang dapat berdampak serius terhadap keamanan finansial dan perlindungan data nasabah.
“Oleh karena itu, saya mengucapkan terimakasih kepada synergy Partner Prima atas inisiatif acara ini sebagai sarana kolaborasi dan pertukaran informasi sehingga memperkaya wawasan kita mengenai ancaman cyber. Kita juga dapat pengetahuan soal strategi mitigasi pencegahannya dan memperkuat ketahanan cyber di industry keuangan Indonesia. Acara acara seperti ini sangat bagus,“ujar Sigit.
Revie Fayanti, CEO Synergy Partner Prima, mengatakan, pemahaman mendalam mengenai evolusi kejahatan siber di sektor perbankan sangat penting agar bank, regulator dan nasabah dapat bersama-sama menghadapi risiko ini.
“Tanpa langkah antisipatif yang tepat, kejahatan siber bisa merusak kepercayaan publik terhadap sistem perbankan digital,” ujarnya.
Revie mengatakan, acara yang digagas ini, sebagai bentuk kontribusi nyata, Synergy Partner Prima bersama para pakar di bidang keamanan siber.
“Kami berharap dari seminar ini dapat membuka wawasan dan mengedukasi para peserta mengenai bahaya nyata dari kejahatan siber dalam dunia perbankan digital yang sering kali tidak disadari namun sangat merugikan. Kami harapkan juga agar dari seminar ini peserta dapat memperoleh gambaran mengenai strategi pertahanan digital dan mereka dapat memperkuat sistem keamanan dan meminimalkan risiko serangan. Dari seminar ini juga kami berharap terbentuknya kolaborasi dan kesiapsiagaan serta membangun kesadaran bahwa perang digital bukan hanya tugas divisi IT, tetapi tanggung jawab bersama antara institusi, regulator, dan penyedia layanan digital.
Seminar bertajuk Kejahatan Siber di Era Digital dimoderator Akademisi Perbankan, DR. Batara Simatupang ini, banyak dihadiri oleh pimpinan dan penentu kebijakan pada institusi di sektor jasa keuangan, dengan narasumber: Wani Sabu (Ketua Komite Cyber Security Perbanas), Teguh Arifiyadi (Direktur Pengawasan Sertifikasi dan Transaksi Elektronik Komdigi), Makhadir Mukhamad (VP-Head of Digital Risk BTN), Ahmad Fadilan (Divhubinter Polri), Ardi Sutedja (Ketua Indonesia Cyber Security Forum), Ex Hacker Fenomenal.