IMSC: 5 Manfaat Strategis Agentic AI bagi Dunia Pemasaran
INDUSTRY.co.id, Jakarta – Dari waktu ke waktu, dunia pemasaran (marketing) bergerak sangat dinamis, salah satunya didorong oleh perkembangan teknologi yang begitu cepat. Belum lama membicarakan soal Generative AI (GenAI), kini pemasar (marketer) sudah harus menjadikan Agentic AI sebagai bagian dari strategi utama mereka.
Agentic AI merupakan bentuk evolusi dari teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) yang tidak hanya merespons perintah seperti halnya GenAI, tetapi juga mampu bertindak proaktif mengambil keputusan, merancang strategi, dan bergerak secara otonom dalam batas sesuai tujuan dan parameter yang telah ditentukan.
Pakar pemasaran Indonesia Marketing Strategy Consulting (IMSC) sekaligus Founder dan CEO Pasxmedia Holding Purjono Agus Suhendro mengatakan, Agentic AI bekerja sebagai asisten virtual aktif yang memahami tujuan bisnis, mempelajari data pengguna sepanjang waktu, dan melakukan optimalisasi secara real-time.
“Dengan kemampuan itu, Agentic AI menawarkan pendekatan pemasaran yang lebih personal, adaptif, dan berbasis konteks, sehingga menjadikannya sebagai fondasi penting dalam strategi digital sebuah merek (brand) atau perusahaan di masa depan,” katanya kepada media di Raffles Hotel, Jakarta, Selasa (8/7).
Ia menyebutkan, ada beberapa keunggulan dari Agentic AI dalam penerapannya di dunia pemasaran. Pertama, personalisasi pelanggan. Agentic AI mampu menganalisis data pelanggan secara menyeluruh, termasuk perilaku online, histori pembelian, dan interaksi sosial untuk membuat konten, penawaran, dan pengalaman yang sangat personal.
Kedua, otomatisasi kampanye pemasaran. Bukan sekadar mengirim e-mail atau iklan, Agentic AI bisa menyusun dan menguji strategi kampanye pemasaran end-to-end, mulai dari pemilihan segmentasi audiens, kanal promosi, hingga pengoptimalan konten berdasarkan performa real-time, secara otomatis.
Ketiga, pemasaran prediktif dan proaktif. Kemampuan prediktif yang dimiliki memungkinkan Agentic AI dapat memprediksi kebutuhan pelanggan sebelum mereka menyadarinya, lalu memberikan rekomendasi atau tindakan otomatis, misalkan menawarkan diskon menjelang seorang pelanggan merayakan ulang tahun dan lain sebagainya.
Keempat, interaksi lintas platform. Agentic AI bisa menjadi asisten virtual di website, e-commerce, aplikasi pesan instan, atau media sosial sebuah brand, menjawab pertanyaan, memberikan saran, bahkan menyelesaikan transaksi tanpa intervensi manusia. Kelima, pengujian performa. Agentic AI juga bisa menguji, umpamanya kampanye yang paling efektif, dalam waktu singkat.
“Karena kemampuannya yang luar biasa itu, maka pemasar-pemasar di Indonesia sebaiknya lekas bergegas untuk menggunakan teknologi Agentic AI. Sebab, dengan memanfaatkan Agentic AI, strategi pemasaran produk atau jasa menjadi lebih efektif, optimal, dan efisien. Dengan begitu, pendapatan perusahaan pun meningkat pesat,” ungkap Purjono.
Di kancah global, tren pemanfaatan Agentic AI sudah amat terasa. Perusahaan riset pasar Market.us memproyeksikan pasar Agentic AI akan tumbuh signifikan dari US$5,2 miliar pada 2024 menjadi US$196,6 miliar pada 2034. Sementara MarketsandMarkets memperkirakan pertumbuhan dari US$13,81 miliar pada 2025 menjadi US$140,80 miliar pada 2032