Siswadhi Pranoto Loe: Pendidikan dan Industri Harus Bersinergi untuk Siapkan SDM Ekspor–Logistik
INDUSTRY.co.id - Jakarta - Praktisi logistik dan transformasi digital, Siswadhi Pranoto Loe, menyoroti pentingnya kolaborasi strategis antara dunia pendidikan dan pelaku industri dalam menyiapkan generasi muda Indonesia menghadapi industri ekspor dan logistik. Kolaborasi ini dinilai krusial agar talenta muda siap menghadapi tantangan pasar global yang terus berkembang.
“Kami melihat dunia pendidikan sebagai mitra strategis untuk menyiapkan SDM logistik dan ekspor masa depan. Kolaborasi ini penting untuk menjawab kebutuhan industri yang terus berubah,” ujar Siswadhi.
Dalam praktiknya, sejumlah program pelatihan dan pendampingan telah berhasil meningkatkan kemampuan ekspor UMKM. Misalnya, model training Indonesian New Exporter (INE) di DIY berhasil membekali 20 pelaku kerajinan dengan pengetahuan branding, harga, dokumentasi, dan strategi pemasaran internasional, mendorong munculnya eksportir baru.
Selain itu, program Export Capacity Assistance Program (ECAP) memberikan pelatihan terpadu, mentoring, dan akses pasar kepada ratusan pelaku UMKM. Laporan menyebut bahwa ECAP mampu meningkatkan pengetahuan ekspor, membangun jaringan bisnis global, serta memperluas akses pasar internasional..
Namun tantangan masih besar. Data KemenkopUKM menunjukkan kontribusi UMKM terhadap ekspor non-migas hanya sekitar 15–18% selama tahun 2007–2019, dengan tren menurun dari 17,7% ke 15,7%. Ini artinya, sebagian besar pelaku UMKM masih belum siap menembus pasar ekspor meski potensi digital sudah ada.
Siswadhi menekankan bahwa dunia pendidikan—terutama SMK, politeknik, dan universitas vokasi—harus dilibatkan langsung oleh industri dalam merancang kurikulum. Materi seperti manajemen rantai pasok digital, mekanisme ekspor, regulasi internasional, dan praktik logistik harus menjadi bagian dari modul standar.
“Kalau sekolah dan industri tidak bicara bahasa yang sama, maka muncul jurang besar antara kemampuan lulusan dan kebutuhan lapangan,” jelasnya.
Beberapa institusi telah mulai merespon. Misalnya, Politeknik Negeri Jakarta dan Badak LNG bekerja sama mengembangkan program LNG Academy dengan kampus seperti PNJ dan UGM untuk meningkatkan kemampuan teknis mahasiswa. Namun, area logistik–ekspor digital belum sepenuhnya mendapat perhatian.
Siswadhi menyarankan agar model serupa dikembangkan di bidang ekspor dan logistik, seperti inkubasi digital export hub di kampus, laboratorium logistik terpadu, dan sertifikasi bersama pelaku industri.
“Kolaborasi ini bukan hanya retorika. Perlu ada MoU, program pelatihan bersama, dan praktik langsung agar anak muda bisa langsung terjun ke dunia ekspor,” tegasnya.
Dengan dukungan sistematis—integrasi kurikulum, pelatihan lapangan, dan pengembangan kompetensi—Siswadhi optimistis generasi muda Indonesia bisa menjadi tulang punggung ekspor digital dan logistik nasional dalam satu dekade ke depan.