Siswadhi Pranoto Loe: Investasi Inovasi Digital Dorong Indonesia Jadi Hub Logistik Cerdas
INDUSTRY.co.id - Jakarta - Transformasi digital di sektor logistik Indonesia terus menunjukkan arah positif. Menurut praktisi logistik dan transformasi industri, Siswadhi Pranoto Loe, penguatan infrastruktur digital nasional harus menjadi tulang punggung Indonesia untuk menjadi pusat logistik cerdas di kawasan Asia Tenggara.
“Kalau semua komponen itu tersambung secara digital dan real-time, kita bisa bersaing dengan Singapura. Apalagi dengan penduduk besar, talenta muda, dan semangat digitalisasi, kita mampu menjadi pusat logistik cerdas,” ujarnya.
Komitmen terhadap digitalisasi terlihat dari investasi yang masuk ke sektor pusat data dan teknologi informasi. Pada tahun 2024, perusahaan asal Uni Emirat Arab, EDGNEX, menginvestasikan sebesar USD 2,3 miliar untuk membangun pusat data di Cikarang, dengan target kapasitas 900 megawatt pada 2025—naik drastis dari 290 megawatt di tahun sebelumnya.
Selain itu, Microsoft juga mengumumkan pada Mei 2024 bahwa mereka akan mengalokasikan USD 1,7 miliar untuk pengembangan AI dan cloud computing di Indonesia. Dalam program tersebut, Microsoft juga menargetkan pelatihan bagi 840.000 talenta digital lokal hingga tahun 2025 sebagai bagian dari dukungan terhadap agenda transformasi digital nasional.
Kebutuhan akan sistem logistik yang terintegrasi semakin tinggi seiring pertumbuhan pesat sektor e-commerce. Berdasarkan laporan e-Conomy SEA 2023 oleh Google dan Temasek, nilai transaksi e-commerce Indonesia mencapai Rp 533 triliun pada 2023 dan diproyeksikan terus tumbuh dengan rata-rata 14,6 persen per tahun hingga 2027. Lonjakan ini menuntut sistem distribusi dan manajemen gudang yang tidak hanya cepat dan efisien, tetapi juga terkoneksi secara digital dan otomatis.
Namun, Siswadhi menekankan bahwa keberhasilan tidak hanya bergantung pada infrastruktur teknologi. “Tanpa SDM yang paham data dan sistem digital, pusat data dan teknologi hanya akan jadi infrastruktur mahal yang tidak optimal,” jelasnya.
Ia mendorong pembentukan laboratorium inovasi logistik di kawasan industri dan institusi pendidikan vokasi, serta mendorong regulasi yang mempercepat integrasi sistem logistik nasional. Menurut data Bappenas, pembiayaan infrastruktur melalui skema public-private partnership ditargetkan mencapai 42% dari total investasi nasional hingga 2024, menunjukkan peluang besar bagi co-investment di bidang logistik digital.
“Ketika ERP, AI, cloud, marketplace, dan pelabuhan terkoneksi dalam satu ekosistem, Indonesia tidak hanya bisa mengejar, tapi bisa memimpin logistik digital di Asia Tenggara,” tutup Siswadhi Pranoto Loe.