Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Luncurkan 9 Buku Bertema Kearifan Lokal, Dukung Literasi Daerah untuk Masa Depan
INDUSTRY.co.id - Jakarta — Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) resmi meluncurkan sembilan buku yang mengangkat tema Kearifan Lokal untuk Warisan Masa Depan dalam rangkaian program Inkubator Literasi Pustaka Nasional (ILPN) 2024.
Peluncuran ini menjadi tonggak penting dalam mendukung budaya literasi berbasis kearifan lokal dan memperkaya khazanah pengetahuan nusantara. Sembilan buku tersebut merupakan hasil karya kolaboratif dari berbagai latar belakang—penulis lokal, pustakawan, hingga pelajar—yang tersebar di sembilan lokus berbeda. Kesembilan buku itu diantaranya Cerita yang Menyatukan – Forum Taman Bacaan Masyarakat (TBM), Pesona Jawa Timur (jawa Timur), Jejak Budaya Dayak (Kalimantan Tengah, Menjaga Warisan, Merawat Identitas: Kearifan Lokal dari Tanah Aceh (Aceh), Bung Karno dan Blitar (Blitar), Merekam Jejak Literasi Kutai Kartanegara (Kutai Kartanegara), Potret Kearifan Lokal Bengkulu (Bengkulu), Mengakar di Kuningan: Kepemimpinan Berbasis Kearifan Lokal (Kuningan), dan Jejak Warisan di Tanah Banten (Banten). Semua buku ini tersedia dalam format digital dan dapat diakses publik melalui situs resmi: press.perpusnas.go.id. Sekretaris Utama Perpusnas, Joko Santoso, menegaskan pentingnya menulis sebagai bagian dari proses literasi yang lebih luas. “Menulis bukan sekadar menuangkan ide, tetapi memperkuat dialog intelektual dan membangun budaya berpikir kritis,” ujarnya dalam acara peluncuran yang juga dirangkai dengan seminar Redefinisi Kepustakawanan Indonesia. Program ILPN, lanjut Joko, hadir sebagai solusi strategis untuk meningkatkan jumlah dan kualitas penulis di Indonesia. Dengan pelatihan menulis, bimbingan dari penulis berpengalaman, serta dukungan teknologi digital, ILPN menjadi wadah berkembangnya ekosistem literasi yang berkelanjutan. Tahun depan, ILPN 2025 mengusung tema “Menulis Demi Generasi Literat” dengan fokus pada empat lokus baru: Medan, Yogyakarta, Semarang, dan Surabaya. Dalam seminar yang berlangsung secara hibrida, Edi Wiyono, Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan Perpusnas sekaligus inisiator ILPN, memperkenalkan konsep Trisula Pustakawan—yaitu pustakawan sebagai penjaga, pencipta, dan penyebar pengetahuan. Ia menekankan pentingnya kemampuan menulis, berpikir kritis, dan membedakan informasi yang valid di tengah arus digital. Senada, dosen Ilmu Perpustakaan dari UNDIP, Lydia Christiani, mengingatkan pentingnya keseimbangan antara hard skill dan soft skill dalam praktik kepustakawanan. Ia menegaskan bahwa pustakawan bukan sekadar pengelola data, tetapi juga fasilitator informasi dan penjaga nalar publik. Menutup diskusi, dosen UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Rusdan Kamil, menyoroti pentingnya refleksi profesi melalui buku Cerita tentang Pustakawan dan Kepustakawanan karya Blasius Sudarsono. Buku ini dinilainya penting dibaca oleh generasi muda, khususnya Generasi Z, yang kini sedang menata karier di bidang kepustakawanan. “Buku ini bukan sekadar cerita, tapi ajakan untuk memahami esensi profesi pustakawan secara lebih mendalam,” ujarnya. Peluncuran buku-buku bertema kearifan lokal oleh Perpusnas melalui program ILPN 2024 ini bukan hanya menghasilkan karya, tetapi juga menghidupkan kembali suara-suara daerah yang seringkali terpinggirkan dalam narasi nasional. Dengan kolaborasi penulis dari berbagai kalangan, ILPN membuktikan bahwa literasi adalah jalan untuk merawat identitas, membangun masa depan, dan menciptakan perubahan.