Kolaborasi UMN dan SEL Southeast Asia: Menyemai Kompetensi ESG pada Talenta Terbaik

Oleh : Kormen Barus | Jumat, 06 Juni 2025 - 21:23 WIB

INDUSTRY.co.id, Jakarta-Sinergi strategis antara perguruan tinggi dan penyedia pelatihan profesional menyemai kompetensi pada generasi muda sejak dini, sebelum para mahasiswa masuk ke dunia kerja. Kamis, 5 Juni 2025, sebuah langkah penting diambil untuk menjawab kebutuhan mendesak akan talenta terbaik yang melek keberlanjutan di Indonesia.

Bertempat di kampus Universitas Multimedia Nusantara (UMN), SEL Southeast Asia dan UMN resmi menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) untuk menghadirkan program sertifikasi profesional bertajuk Sustainability Essential, Strategy and Governance. UMN tercatat sebagai kampus swasta paling berkelanjutan versi UI GreenMetric.

UMN, melalui unit Digital Learning-nya, akan berperan sebagai mitra strategis dalam mendesain pembelajaran digital yang tidak hanya adaptif, tapi juga relevan dengan realita dunia usaha yang tengah bertransformasi menuju arah yang lebih hijau dan transparan.

“UMN merasa bangga terpilih menjadi penyelenggara dan Test Centre sertifikasi keberlanjutan ini,” tutur Prof. Dr. Florentina Kurniasari, S.Sos., MBA, selaku Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi, dan Keberlanjutan. Ia menambahkan, “Bagi kami, ini adalah bagian dari komitmen jangka panjang untuk terus adaptif terhadap perkembangan zaman dan kebutuhan industri.”

“Kolaborasi ini merupakan langkah nyata dalam ESG REAL — Readiness, Environment, Awareness, dan Learning,” jelas Febryanti Simon, Managing Director SEL Southeast Asia. Ia menegaskan bahwa kolaborasi ini lebih dari sekadar pengajaran konsep; ini adalah upaya membangun kesadaran dan kapabilitas.

Dukungan institusi pendidikan tinggi bereputasi unggul seperti UMN, SEL Southeast Asia optimistis dapat mencetak generasi profesional yang bukan hanya piawai secara teknis, tetapi juga memiliki sensitivitas strategis terhadap isu-isu keberlanjutan dan tata kelola yang bertanggung jawab.

Sertifikasi ESG bukan sekadar “nice to have” atau tren sementara. Di balik tiga huruf ini—Environmental, Social, dan Governance—tersimpan peta jalan menuju masa depan bisnis yang bertanggung jawab. Dalam wawancara dengan beberapa pelaku industri, banyak yang mengakui bahwa permintaan akan profesional bersertifikasi ESG meningkat tajam dalam dua tahun terakhir, didorong oleh tekanan investor global, regulasi baru, dan—yang tak kalah penting—tuntutan publik yang makin kritis terhadap reputasi dan akuntabilitas perusahaan.

Dalam lanskap global yang cepat berubah, sertifikasi ESG kini dipandang sebagai standar baru, bukan tambahan. Organisasi yang memiliki tenaga ahli bersertifikat dianggap lebih siap dalam mengelola risiko non-finansial seperti dampak lingkungan, praktik ketenagakerjaan yang adil,

hingga integritas tata kelola. Bahkan di banyak negara, sertifikasi semacam ini telah menjadi prasyarat untuk mengikuti pengadaan publik atau menjalin kemitraan strategis lintas negara.

Ada keyakinan yang tumbuh dari kolaborasi ini: bahwa pendidikan tak bisa lagi bersifat menara gading. Ia harus menjadi jembatan konkret antara pengetahuan dan praktik. Sertifikasi ESG ini, dengan pendekatan berbasis studi kasus dan standar internasional, memberi harapan baru bahwa lulusan dan profesional Indonesia bisa berdiri sejajar di panggung global, membawa nilai keberlanjutan sebagai keunggulan kompetitif, bukan beban tambahan.

Kerja sama ini bukan sekadar seremoni. Di balik penandatanganan tersebut, tersimpan urgensi yang makin dirasakan oleh banyak sektor—dari industri energi, manufaktur, hingga layanan keuangan.  Program sertifikasi kolaboratif ini dirancang untuk menjadi awal dari transformasi nyata—di mana kampus dan industri bergandeng tangan mencetak SDM yang tak hanya siap kerja, tapi juga siap menjaga bumi, masyarakat, dan etika dalam satu tarikan napas pembangunan berkelanjutan.