Tebar Hewan Kurban Hidupkan Sektor Ekonomi Peternak Melalui Berdayakan Peternak Lokal
INDUSTRY.co.id - Jakarta, Mengacu pada simulasi Institute for Demographic and Affluence Studies (IDEAS), terlihat terjadi penurunan proyeksi jumlah pekurban di tahun 2025 bila dibandingkan dengan tahun 2024. (Senin, 02/06)
Pada 2024 terdapat sekitar 2,16 juta pekurban, sedangkan tahun 2025 diperkirakan jumlahnya hanya sekitar 1,92 juta pekurban. Artinya, ada penurunan potensi sekitar 233 ribu pekurban dalam satu tahun terakhir.
Bahkan jika ditarik lebih jauh ke belakang, angka estimasi tersebut lebih rendah dibanding saat pandemi yang berkisar 2,11 juta pekurban (2021) dan 2,17 juta pekurban (2022).
Sedangkan IDEAS menyebut bahwa sebanyak 90,91 juta mustahik prioritas yang tersebar di seluruh Indonesia masih membutuhkan hewan kurban. Mengingat kesenjangan konsumsi daging yang sangat jauh, antara masyarakat kaya (4,17 kg per kapita per tahun) dan miskin (0,009 kg), 2024.
Terhitung kebutuhan hewan kurban nasional tahun ini mencapai 1,1 juta ekor domba-kambing (doka) dan 503 ribu ekor sapi.
Managing Director IDEAS, Haryo Mojopahit, menerangkan bahwa hal tersebut berkelindan dengan adanya penurunan masyarakat di kelas menengah bahkan kelas atas yang berpotensi menjadi pekurban di tahun ini. Hal itu yang membedakan masa sulit tahun ini dengan masa pandemi.
“Meskipun terdapat penurunan potensi ekonomi kurban dalam beberapa tahun terakhir, ibadah kurban tetap menyimpan potensi besar sebagai pemicu kebangkitan sektor peternakan nasional. Dibutuhkan kebijakan afirmatif untuk melakukan pemerataan hewan kurban dari berbagai entitas, baik pemerintahan juga lembaga-lembaga nonpemerintahan,” tutur Haryo.
Peternakan memiliki peran strategis karena tidak hanya berkontribusi pada ketahanan pangan lewat protein hewani, tetapi juga menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat pedesaan dan penggerak ekonomi lokal.
Momen kurban setiap tahunnya perlu dimanfaatkan dengan optimal dengan memperkuat ekosistem peternakan, agar sektor ini mampu tumbuh berkelanjutan dan memberikan manfaat ekonomi yang lebih luas bagi rakyat, jelas Haryo. Jelas kurban menjadi ibadah yang berpengaruh besar secara sosial-ekonomi.
Tebar Hewan Kurban (THK) Dompet Dhuafa menjadi salah satu program pemerataan hewan kurban hingga pelosok negeri yang mengalami defisit daging kurban, kemiskinan dan juga mengalami bencana alam. Manfaat tak hanya dirasakan oleh penerima hewan kurban, melainkan peternak-peternak lokal yang menjadi mitra THK.
Yuliani mantan buruh migran Indonesia yang sudah lama bertahun-tahun di negara Taiwan, kini kembali pulang untuk menekuni bisnis peternakan domba di Gading Rejo, Pesawaran, Lampung. Bermodalkan sisa rupiah dari Taiwan, Yuliani mampu mendorong ekonomi keluarga melalui omset peternakan. "Kurban ini menjadi landasan kami dalam meraup keuntungan sebesar-besarnya, di sisi lain kebetuhan akan doka hanya diserap melalui penjualan akikah maupun rumah makan seperti sate dan lainnya".
Beda hanya dengan Trisno (16)–salah satu mitra peternak plasma Dompet Dhuafa di Subang, Jawa Barat–merasakan dampaknya. Usianya yang masih muda mengharuskannya menjadi peternak untuk dapat memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
“Sejak ayah meninggal dunia, ibu jatuh sakit. Ya, jadi saya tulang punggung keluarga. Saya juga mengasuh adik dan membiayainya sekolahnya. Awalnya memang berat, tapi ini demi keluarga saya. Saya sangat berterima kasih kepada Dompet Dhuafa. Karena momen kurban ini penjualan kambing ikut meningkat,” tuturnya penuh haru.
Di tengah bayang-bayang melemahnya ekonomi, mari tingkatkan solidaritas melalui kurban Dengan berkurban, kamu dapat berkontribusi memicu kebangkitan sektor peternakan nasional.
.