Fortinet Soroti Kompleksitas dan Solusi Terintegrasi dalam Keamanan Cloud Indonesia

Oleh : Kormen Barus | Kamis, 22 Mei 2025 - 18:00 WIB

INDUSTRY.co.id, Jakarta–Menyambut percepatan transformasi digital di Tanah Air, Fortinet Indonesia mengungkapkan kondisi terkini adopsi dan tantangan keamanan cloud dalam “State of Cloud Security Report”.

Edwin Lim, Country Director Fortinet Indonesia, menegaskan bahwa meski manfaat cloud semakin diakui, kompleksitas implementasi dan risiko keamanan masih menjadi kendala utama bagi mayoritas organisasi di Indonesia.

Edwin membuka paparan dengan memaparkan data survei yang menunjukkan hanya 18% pelanggan di Indonesia yang menggunakan single cloud provider, sedangkan 52% memanfaatkan lingkungan hybrid cloud dan 78% menjalankan multi-cloud untuk memaksimalkan keunggulan fungsional setiap penyedia layanan.

“Penggunaan multi-cloud memang menawarkan fleksibilitas dan ketersediaan tinggi, namun juga menimbulkan tantangan manajemen dan konsistensi kebijakan,” ujar Edwin di Jakarta (22/5).

Berdasarkan laporan tersebut, 61% responden menyebut keamanan dan kepatuhan (security & compliance) sebagai pemikiran utama sebelum memutuskan migrasi ke cloud.

“Keamanan data menjadi titik kritis; organisasi khawatir bagaimana data sensitif dan privasi pelanggan akan terlindungi sesuai Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi Nomor 27 Tahun 2022,” jelasnya.

Di peringkat kedua, 52% responden menyatakan perubahan operasional dan struktur organisasi sebagai hambatan, diikuti 51% yang menghadapi keterbatasan sumber daya manusia di bidang cloud security.

Edwin menyoroti tiga tantangan teknis paling signifikan: data security, access control, dan misconfiguration.

“Data security bukan hanya soal enkripsi—harus mencakup deteksi ancaman secara real-time. Access control perlu dijalankan dengan prinsip least privilege, sedangkan misconfiguration sering kali memicu biaya tak terduga dan membuka celah serangan,” tambahnya.

Menjawab isu tersebut, Fortinet menawarkan Fortinet Security Fabric, sebuah platform keamanan terpadu dengan otomatisasi dan manajemen kebijakan konsisten across all environments.

“Dengan integrasi end-to-end, Security Fabric mengurangi kompleksitas deployment, meminimalkan human error, dan mempercepat respons insiden,” kata Edwin.

Platform ini juga memanfaatkan AI embedded untuk deteksi ancaman lebih cepat, membantu perusahaan memenuhi kewajiban pelaporan insiden sesuai regulasi dalam hitungan jam.

Pada sisi pengembangan sumber daya, Edwin menekankan pentingnya investasi dalam pelatihan dan sertifikasi.

“Kami menyediakan training gratis bagi akademisi dan profesional lewat Fortinet Training Institute, termasuk voucher sertifikasi tanpa biaya hingga level lanjutan,” ungkapnya.

Fortinet juga berkolaborasi dengan universitas dan training partner resmi di Indonesia untuk membuka lab sandbox gratis, memberi mahasiswa akses praktik secara langsung.

Edwin menambahkan, pendekatan Zero Trust Access menjadi kunci dalam melindungi perimeter cloud.

“Prinsip ‘never trust, always verify’ memastikan setiap request diverifikasi, mulai dari identitas hingga device posture. Ini mengatasi masalah BYOD (Bring Your Own Device) yang kini makin marak,” ujarnya.

Keamanan cloud bukan sekadar teknologi, tetapi strategy yang melibatkan people, process, dan technology. Perusahaan di Indonesia harus mengintegrasikan ketiganya agar siap menghadapi ancaman masa kini—dari AI-driven attacks hingga compliance audits yang semakin ketat.

“Kolaborasi antara penyedia teknologi seperti Fortinet, regulator, dan industri menjadi sangat krusial untuk memperkuat ekosistem keamanan cloud nasional. Solusi yang dibagikan dapat mendorong adopsi cloud yang lebih aman dan sustainable untuk mendukung digitalisasi bisnis Indonesia ke depan,” tutupnya.