Kemenperin Dorong IKM Tembus Pasar Global, Pemanfaatan Nilai Budaya Jadi Kunci Dongkrak Ekspor Industri Kreatif
INDUSTRY.co.id - Jakarta - Kementerian Perindustrian terus mendukung dan mengupayakan pelaku industri kecil dan menengah (IKM) untuk dapat naik kelas hingga mampu menembus pasar global. Salah satu strategi yang dilaksanakan adalah pengoptimalan nilai budaya untuk pengembangan daya saing industri kreatif nasional yang unik dan beridentitas.
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita mengungkapkan, Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya dan sumber daya manusia kompeten, sehingga peluang ini sudah sepatutnya dimaksimalkan untuk meraih peluang ekspor bagi pelaku IKM kreatif.
“Hal ini tercermin dari banyaknya pelaku usaha ekonomi kreatif yang menurut laporan Statistik Ekonomi Kreatif 2020, Badan Pusat Statistik (BPS) diperkirakan mencapai 16 juta orang,” terang Dirjen IKMA dalam keterangan resminya di Jakarta, Senin (12/5/2025).
Berdasarkan data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, subsektor kriya dan fesyen termasuk sebagai kontributor terbesar dari sektor ekonomi kreatif baik dari sisi nilai tambah ekonomi maupun capaian ekspor, sehingga industri fesyen dan kriya yang banyak digeluti oleh pelaku IKM perlu untuk terus dikembangkan dan didorong kemampuannya.
Dirjen IKMA juga mengemukakan, industri fesyen dan kriya memiliki potensi pasar ekspor dengan prospek yang cukup menjanjikan. “Produk industri kreatif Indonesia terbukti diminati pasar internasional. Kami mendukung IKM melalui berbagai program seperti pameran internasional, peningkatan manajemen, standardisasi produk, hingga restrukturisasi mesin dan peralatan,” ungkapnya.
Salah satu di antara sejumlah program tersebut adalah Restrukturisasi Mesin dan Peralatan bagi IKM, yang merupakan fasilitasi pengembalian dana (reimbursement) sebesar 25-40 persen dari harga pembelian mesin dan alat produksi baru oleh IKM.
“Dengan program ini, IKM menjadi terbantu permodalannya dan mendapatkan insentif untuk meremajakan mesin dan peralatan. Mesin yang telah dibeli pun dapat meningkatkan kualitas, kapasitas, maupun varian produk yang dihasilkan, serta dana yang dikembalikan dapat dialokasikan untuk pembelian mesin pendukung maupun keperluan bisnis lainnya,” terang Reni.
Dirjen IKMA juga menekankan pentingnya pemanfaatan nilai budaya dalam strategi ekspor. “Produk yang mengangkat kekayaan budaya lokal secara otentik memiliki daya tarik tersendiri bagi konsumen global. Terlebih bila nilai budaya tersebut mampu berakulturasi dengan budaya luar tanpa meninggalkan ciri khas Indonesia, tentunya hal ini menarik dan bisa turut mempromosikan nilai-nilai khas Indonesia di dunia internasional,” tambahnya.
Salah satu contoh keberhasilan ini ditunjukkan oleh IKM Sweda yang merupakan IKM perajin perak asal Kotagede, Bantul Yogyakarta. Sweda merupakan salah satu penerima fasilitasi program Restrukturisasi Mesin dan Peralatan tahun 2024. Sweda mengajukan reimbursement atas pembelian mesin 3D printer untuk mendukung proses desain dan produksi aksesoris custom secara lebih presisi dan efisien. Sweda menggabungkan filosofi budaya Indonesia dengan elemen budaya populer Amerika Serikat pada produknya, sehingga berhasil mengekspor 90 persen produknya ke negara tersebut.
“Melalui program Restrukturisasi Mesin dan Peralatan, Sweda melakukan modernisasi mesin dan peralatan lini produksinya sehingga menjadi lebih efisien dalam memenuhi permintaan produk custom dan daya saingnya pun meningkat. Dengan dukungan teknologi yang lebih modern, pelaku IKM diharapkan dapat meningkatkan kualitas produk, efisiensi produksi, dan akses pasar yang lebih luas, termasuk pasar ekspor,” ucap Reni.
Selain peningkatan kapasitas dan kualitas, Kemenperin juga menekankan pentingnya pelaku IKM untuk dapat memperluas jejaring demi mendapatkan berbagai wawasan baru dan akses ke segmen pasar yang mau membeli hasil produksinya.
Direktur Industri Kecil dan Menengah Kimia, Sandang, dan Kerajinan, Budi Setiawan mengatakan, salah satu pangsa pasar spesifik dari Sweda di Amerika Serikat adalah komunitas musik hip-hop dan lowrider. Sweda menjadi salah satu pemasok aksesoris custom komunitas tersebut.
Komunitas lowrider merupakan komunitas mobil modifikasi bodi rendah di Amerika Serikat yang memiliki gaya hidup dan budaya yang khas, serta identik dengan aksesoris perak dan kuningan, baik sebagai aksesoris fesyen maupun aksesoris kendaraan.
Budi mengungkapkan, kontribusi Sweda terhadap komunitas tersebut membuat eksistensi dan kontribusi mereka diakui dan diapresiasi, hingga menarik perhatian Smithsonian Institute, museum terbesar di dunia.
“Sweda diundang untuk tampil dalam Smithsonian Folklife Festival 2025 di Amerika Serikat awal Juli ini atas kontribusinya dalam kategori Lowrider Culture, dan menjadi satu-satunya perwakilan Indonesia dalam festival tersebut. Ini menunjukkan bahwa IKM kita bisa berbicara di panggung dunia” jelasnya.
Sejak 2014, Sweda dikenal memiliki kualitas craftsmanship yang tinggi, memadukan metode produksi tradisional dan modern, serta berhasil menjalin kolaborasi dengan sejumlah seniman dan komunitas ternama di luar negeri. Sweda juga telah menorehkan kontribusinya dalam negeri sebagai IKM produsen piala untuk kejuaraan MotoGP, Superbike, dan Kompetisi Sepakbola Piala Presiden.
“Kami berharap kisah sukses Sweda ini dapat menjadi inspirasi bagi IKM kreatif lainnya untuk terus meningkatkan daya saing dan jeli dalam mencari peluang pasar. Pemerintah akan terus mendukung melalui berbagai program fasilitasi agar semakin banyak IKM yang bisa menembus pasar global”, ucap Budi.
Surya Aditya selaku Co Founder dari Sweda, mengungkapkan jika bantuan yang telah diberikan Kemenperin sangat membantunya dalam mengembangkan produk yang presisi dan memiliki aspek desain yang mampu menarik konsumen dari berbagai segmen pasar, khususnya pasar. “Selain itu, efisiensi dalam proses produksi juga semakin meningkat, hal ini tentunya sangat membantu kami dalam memenuhi ekspektasi klien dan buyer," tutupnya.