PATA Indonesia Chapter dan IPBI Gelar Webinar SDG5 in Action Kesetaraan Gender dalam Industri Pariwisata

Oleh : Candra Mata | Jumat, 02 Mei 2025 - 19:09 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Dalam rangka memperingati Hari Kartini 21 April 2025 dan International Women's Day 8 Maret lalu, PATA Indonesia Chapter berkolaborasi dengan Institut Pariwisata dan Bisnis Internasional menggelar webinar internasional bertajuk "SDG 5 IN ACTION: Strengthening Women's Role in Tourism".

Acara yang diselenggarakan secara daring pada Selasa, 30 April 2025 ini dihadiri oleh hampir 300 peserta dari berbagai belahan dunia. Selain itu, Webinar terkait sektor pariwisata ini mendapatkan dukungan penuh dari InJourney Destination Management.

Dalam kegiatan tersebut, Sekjen PATA Indonesia Chapter, Ningsih Chandra mengatakan, pariwisata merupakan salah satu sektor ekonomi terbesar dan tercepat pertumbuhannya di dunia, dan menariknya, dikatakan Ningsih,, di balik industri ini, sebagian besar kaum perempuan memainkan peran yang sangat penting, baik sebagai pelaku usaha mikro, pekerja di sektor perhotelan dan pelayanan, pemandu wisata, pengrajin, hingga pemimpin komunitas.

Namun, kenyataannya, perempuan masih menghadapi berbagai tantangan—mulai dari ketimpangan upah, keterbatasan akses pada posisi manajerial, dan pengambilan keputusan, hingga minimnya perlindungan sosial.

"Melalui webinar ini, kami ingin mengangkat kontribusi penting perempuan dalam sektor pariwisata, serta mendorong tindakan nyata dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 5: Kesetaraan Gender, kata Ningsih.

lebih lanjut, event ini membahas dua highlight topik utama terkait dengan kesetaraan gender, yakni:

• Memberdayakan Perempuan dalam Pariwisata.

• Mendorong Kesetaraan Gender untuk Masa Depan yang Berkelanjutan.

Topik tersebut menekankan pentingnya pemberdayaan perempuan sebagai kunci untuk menciptakan pariwisata yang inklusif dan berkelanjutan. "Ketika perempuan memiliki akses yang setara terhadap pelatihan, modal, teknologi, dan kepemimpinan, maka potensi pariwisata untuk menjadi motor perubahan sosial dan ekonomi akan semakin kuat," Ningsih menambahkan.

lebih lanjut, adapun mencapai kesetaraan gender serta pemberdayaan perempuan dan anak perempuan dalam konteks pariwisata, implementasi SDG 5 dapat dilakukan melalui:

• Menghapus diskriminasi gender di tempat kerja pariwisata, termasuk praktik rekrutmen yang adil dan transparan.

• Meningkatkan akses perempuan pada posisi kepemimpinan di sektor pariwisata, baik di perusahaan swasta, pemerintah, maupun organisasi komunitas.

• Memberikan pelatihan keterampilan dan pendidikan bagi perempuan, termasuk literasi digital dan kewirausahaan, agar mereka bisa lebih mandiri dan berdaya saing.

• Mendukung usaha mikro dan koperasi yang dimiliki perempuan, misalnya usaha kuliner lokal, kerajinan, atau homestay yang dikelola keluarga.

• Melindungi hak-hak pekerja perempuan, termasuk hak atas cuti melahirkan, upah layak, dan lingkungan kerja yang aman dari kekerasan dan pelecehan.

Pariwisata untuk Semua: Kesetaraan Gender dalam Aksi Nyata

Pariwisata yang inklusif adalah pariwisata yang memberikan kesempatan dan manfaat bagi semua orang tanpa memandang jenis kelamin, usia, latar belakang sosial, atau kemampuan fisik. Dalam konteks ini, kesetaraan gender bukan hanya prinsip moral, tapi juga elemen strategis untuk menciptakan industri pariwisata yang adil, produktif, dan berkelanjutan.

Kegiatan acara ini mengajak semua pemangku kepentingan pariwisata, yakni pemerintah, pelaku usaha, swasta, komunitas lokal, dan wisatawan untuk menjadikan kesetaraan gender sebagai praktik nyata, bukan sekadar wacana.

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) 5 menyerukan penghapusan ketimpangan gender dalam semua aspek kehidupan, termasuk ekonomi, sosial, dan politik. Dalam konteks pariwisata, penerapan SDG 5 in action dapat terlihat melalui:

• Akses setara terhadap peluang kerja dan karier di sektor pariwisata, tanpa diskriminasi berdasarkan gender.

• Peningkatan partisipasi perempuan dalam perencanaan, pengambilan keputusan, dan kepemimpinan di destinasi wisata dan lembaga pariwisata.

• Pengakuan terhadap kontribusi perempuan dalam pariwisata berbasis komunitas, termasuk sebagai pelaku budaya, penjaga kearifan lokal, dan pengelola usaha lokal.

• Penerapan kebijakan ramah gender, seperti pelatihan gender sensitivity di tempat kerja, ruang laktasi, jam kerja fleksibel, dan perlindungan dari kekerasan atau pelecehan.

• Pemberdayaan perempuan melalui pelatihan kewirausahaan, literasi digital, dan akses ke modal usaha.

Paparan dari dua topik diatas memberikan gambaran bahwa pariwisata merupakan salah satu sektor dengan tenaga kerja perempuan yang tinggi, namun masih terjadi kesenjangan dalam upah, posisi, dan pengakuan.  

"Pariwisata yang adil gender dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga dan komunitas lokal. Dengan mendorong kesetaraan gender, destinasi wisata menjadi lebih inklusif, ramah, dan mencerminkan nilai-nilai keberlanjutan," tandas Ningsih Chandra.

Adapun sebagai informasi, kegiatan webinar ini menghadirkan para narasumber yang berkompeten dari latar belakang berbeda, baik nasional maupun internasional untuk berbagi inspirasi, pengalaman, serta strategi praktis dalam memberdayakan perempuan di industri pariwisata. Selain itu, acara ini juga menjadi momentum untuk membangun jaringan dan kolaborasi lintas negara dalam menciptakan pariwisata yang lebih inklusif dan berkelanjutan.