Jobstreet by SEEK Ungkap Prediksi Rekrutmen 2025: Fleksibilitas, AI, dan DEI Jadi Kunci Daya Saing Perusahaan
INDUSTRY.co.id - Jakarta — Jobstreet by SEEK baru saja merilis laporan eksklusif bertajuk “Hiring, Compensation, and Benefits 2025” yang mengungkap proyeksi optimistis pasar kerja Indonesia pada paruh kedua tahun 2025.
Didukung oleh survei terhadap 1.273 praktisi HR lintas industri, laporan ini memberikan pandangan mendalam terhadap tren rekrutmen, strategi kompensasi, serta pentingnya penguasaan teknologi AI dan penerapan nilai keberagaman di lingkungan kerja.
Sebanyak 42% responden memprediksi aktivitas rekrutmen akan lebih aktif di semester dua 2025, meningkat 6% dibanding semester pertama. Angka ini memperkuat tren bahwa pasar tenaga kerja semakin dinamis, khususnya dengan lonjakan rekrutmen karyawan paruh waktu.
Rekrutmen untuk tenaga kontrak paruh waktu naik dari 17% (2023) menjadi 32% (2024), sementara paruh waktu tetap meningkat dari 52% ke 56%.
“Pertumbuhan perekrutan paruh waktu menunjukkan pergeseran strategi perusahaan yang ingin lebih fleksibel, efisien dalam biaya, dan mendukung work-life balance,” ungkap Wisnu Dharmawan, Sales Director - Indonesia, Jobstreet by SEEK.
Dalam upaya menarik dan mempertahankan talenta terbaik, perusahaan kini semakin aktif melakukan salary benchmarking (naik dari 36% ke 56%) dan benefits benchmarking (naik dari 16% ke 42%). Bahkan, 44% perusahaan kini mempertimbangkan inflasi saat menentukan kenaikan gaji, meski hanya 24% yang memberikan kenaikan di atas inflasi.
Sebanyak 80% perusahaan di Indonesia memberikan bonus kinerja, rata-rata setara tiga bulan gaji. Transparansi juga menjadi fokus, dengan 67% perusahaan terbuka soal metode perhitungan bonus.
Jenis tunjangan yang makin populer termasuk cuti khusus seperti family-care leave, mencerminkan kepedulian perusahaan terhadap kesejahteraan karyawan.Meski belum menjadi syarat wajib, 71% perusahaan mempertimbangkan pengetahuan AI sebagai nilai tambah kandidat. Mayoritas mengevaluasi kemampuan ini lewat pengenalan diri (53%), pertanyaan teknis (46%), dan portofolio AI (44%), bukan dari sertifikasi formal.
Sementara itu, 56% perusahaan telah mengimplementasikan inisiatif DEI (Diversity, Equity, Inclusion), dengan kebijakan anti-diskriminasi (62%) dan proses blind resume screening (44%). Namun, masih ada 15% perusahaan yang belum siap, sebagian besar karena kurangnya pemahaman atau belum adanya regulasi yang mendukung.
Laporan ini menekankan pentingnya strategi rekrutmen yang adaptif, kompetitif, dan berkelanjutan. Wisnu menyarankan agar perusahaan menggunakan anggaran 2025 untuk memperluas perekrutan, baik full-time maupun part-time.
Perusahaan juga disarankan menyusun paket kompensasi yang mempertimbangkan inflasi dan standar industri. Juga mengintegrasikan elemen teknologi seperti AI dan nilai DEI dalam proses seleksi.
“Sebanyak 38% talenta telah mengadopsi alat AI dalam pekerjaannya. Ini momentum yang tepat bagi perusahaan untuk menyelaraskan kebutuhan bisnis dengan keahlian digital,” tegas Wisnu.