SIRCLO Ungkap Empat Tren E-Commerce di Tahun 2024 dan Antisipasi yang Harus Dilakukan Brands di Tahun 2025

Oleh : Kormen Barus | Rabu, 30 April 2025 - 18:31 WIB

INDUSTRY.co.id, Jakarta— Dalam laporan e-Conomy SEA 2024 yang dirilis oleh Google, Temasek, dan Bain & Company, Gross Merchandise Value (GMV) dari ekonomi digital Indonesia diproyeksikan tumbuh sebesar 13% dibandingkan tahun 2023.

Angka ini diperkirakan mencapai US$90 miliar atau setara dengan Rp1,430 triliun pada tahun 2024, yang mengukuhkan Indonesia sebagai pasar digital terbesar di Asia Tenggara.  Sektor e-commerce tetap menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi digital  dengan perkiraan peningkatan GMV sebesar 11% hingga mencapai US$65 miliar.

Brian Marshal, Founder dan CEO SIRCLO, mengatakan, “Data internal kami mencatatkan peningkatan rata-rata jumlah transaksi online sebesar 4,95% dan jumlah konsumen sebesar 6,8% sepanjang tahun 2024. Hal ini mencerminkan pertumbuhan e-commerce yang cenderung stabil, terlihat dari kebiasaan konsumen yang terus memanfaatkan kanal digital untuk berbelanja. Karena itu, guna mendorong pertumbuhan di tahun 2025, pelaku usaha perlu berfokus pada adaptasi dan inovasi perkembangan teknologi di kanal-kanal penjualan online, seperti melalui optimalisasi video commerce serta menghadirkan pengalaman berbelanja yang berbasis omnichannel.”

Mengungkap Empat Tren E-Commerce 2024: Dari Kategori Terfavorit hingga Metode Pengiriman Terpopuler

Berdasarkan data internal yang dihimpun SIRCLO sepanjang tahun 2024, industri e-commerce mengalami berbagai dinamika yang mencerminkan perubahan pola belanja konsumen, antara lain:

1.      Tiga Kategori Produk yang Mendominasi Transaksi Online

Dilansir dari data internal SIRCLO, tiga kategori produk yang mencatatkan pertumbuhan transaksi online tertinggi pada tahun 2024 dibandingkan 2023 adalah Fast Moving Consumer Goods (FMCG) dengan pertumbuhan sebesar 90,45%, diikuti oleh Beauty & Personal Care sebesar 62,07%, serta Ibu dan Anak sebesar 35,52%. Tren ini mencerminkan perubahan pola konsumsi masyarakat yang semakin mengutamakan gaya hidup dan kebutuhan esensial.

Pertumbuhan pada kategori FMCG menjadi salah satu indikator pergeseran gaya hidup masyarakat setelah pandemi COVID-19, di mana masyarakat semakin mengandalkan kanal online untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini selaras dengan data Statista yang menunjukkan bahwa penjualan produk FMCG secara online diproyeksikan terus meningkat dan diperkirakan akan mencapai US$27 miliar (sekitar Rp432 triliun) pada tahun 2028. 

Sementara itu, sektor Beauty & Personal Care juga terus menunjukkan momentum pertumbuhan yang kuat. Peningkatan ini didorong oleh tingginya kesadaran masyarakat terhadap perawatan diri melalui tren kecantikan seperti ‘skinnification’, pengaruh beauty influencer atau affliator, serta banyaknya produk yang mengakomodasi berbagai kondisi kulit. Masifnya industri Kecantikan dan Perawatan Diri di Indonesia selama tahun 2024 diprediksi meraup pendapatan hingga US$ 9,17 miliar (sekitar Rp142 triliun). 

2.      Peminat Festival ‘Double Day’ Meningkat Setiap Bulannya

Festival ‘Double Day’ terus menjadi salah satu strategi pemasaran e-commerce yang paling dinantikan oleh konsumen. Menjadi salah satu momentum belanja terbesar dari tahun ke tahun, data internal SIRCLO mencatatkan bahwa jumlah transaksi saat festival ‘Double Day’ berlangsung mengalami peningkatan sebesar 71% year-on-year akibat kuatnya perilaku konsumen dalam memanfaatkan tanggal-tanggal spesial untuk berbelanja secara online.

Secara spesifik, pertumbuhan positif pada jumlah transaksi selama rangkaian festival Double Day tercatat stabil dari bulan ke bulan pada tahun 2024, yaitu 10.10 (+9,2%), 11.11 (+21,02%), dan 12.12 (+18,68%) dibandingkan bulan sebelumnya. Peningkatan transaksi ini sebagian besar didorong oleh berbagai strategi promosi yang diterapkan oleh e-commerce dan brands, termasuk diskon, voucher cashback, flash sale, dan gratis ongkir. Hal tersebut memicu konsumen untuk berbelanja selama festival berlangsung.

3.      Pergeseran Preferensi Jam Belanja Online

Data internal SIRCLO turut mengungkap adanya perubahan dalam preferensi jam belanja online. Jika pada tahun 2023 mayoritas transaksi online didominasi sekitar pukul 20.00 WIB, tren tahun 2024 menunjukkan pergeseran puncak waktu belanja, yaitu saat makan siang pukul 12.00 WIB dan selepas pulang kerja pukul 19.00 WIB.

Perubahan ini mengindikasikan bahwa konsumen kini semakin memanfaatkan waktu santainya saat istirahat siang dan pulang bekerja untuk melakukan transaksi, baik bagi kebutuhan harian maupun impulse buying. Tren ini juga didorong oleh beberapa faktor, seperti kenyamanan dan kepraktisan mobile shopping, ketersediaan promo menarik, dan fleksibilitas waktu yang ditawarkan kanal e-commerce.

4.      Transaksi Non-Tunai Mendominasi, Konsumen Beralih ke Digital Payment

Meningkatnya adopsi pembayaran digital terus mendorong transformasi perilaku belanja daring di Indonesia. Berdasarkan data internal SIRCLO sepanjang tahun 2024, sekitar 63% transaksi e-commerce dilakukan menggunakan metode non-tunai, dengan urutan pertama oleh e-wallet (34%), diikuti transfer bank virtual account (10%), layanan paylater (8%), dan metode digital lainnya. Sementara itu, Cash on Delivery (COD) masih digunakan dalam sekitar 37% transaksi, yang menunjukkan bahwa, meskipun metode ini masih menjadi pilihan sebagian konsumen, mayoritas pengguna e-commerce telah mulai beralih ke opsi pembayaran yang lebih seamless, aman, dan terintegrasi secara digital.

Proyeksi 2025: Peluang dan Strategi E-Commerce untuk Melaju ke Depan

Seiring adanya perubahan gaya hidup masyarakat dan meningkatnya penetrasi internet di berbagai daerah, pertumbuhan e-commerce di Indonesia diproyeksikan akan terus meningkat, dengan estimasi penetrasi mencapai 34,89% pada tahun 2029.  Tren ini diharapkan dapat berkontribusi langsung terhadap ambisi pemerintah dalam menargetkan ekonomi digital sebesar mencapai Rp4.531 triliun pada tahun 2030.

Namun, untuk mencapai target tersebut, dibutuhkan pendekatan yang lebih holistik dari para pelaku bisnis dalam memahami dan merespons perubahan preferensi konsumen. Berikut dua tren yang diproyeksikan akan berkembang di tahun 2025 versi SIRCLO:

1.      Video Commerce Mampu Menjadi Kanal Penjualan yang Mendominasi di 2025

Google, Temasek, dan Bain & Company melihat bahwa tren video commerce semakin diminati oleh konsumen dalam proses menemukan produk (product discovery), melakukan riset, hingga memutuskan membeli produk tersebut.  Perjalanan ini didorong dari video yang dibuat oleh kreator, sponsored content, hingga afiliator. Keputusan membeli barang semakin diperkuat oleh interactive live streaming dan promo dengan waktu terbatas guna menciptakan rasa urgensi serta meningkatkan konversi.

Tren ini sejalan dengan data internal SIRCLO yang mencatatkan live streaming sebagai primadona khususnya di platform TikTok melalui rata-rata kontribusi pada Gross Merchandise Value (GMV) sebesar 47%, diikuti 27% dari short video. Hal ini menegaskan bahwa pendekatan berbasis video perlu diintegrasikan dalam strategi penjualan digital. Investasi dalam menunjang live streaming, short video, serta kemitraan dengan kreator dan afiliator akan menjadi kunci untuk meningkatkan visibilitas brand hingga mempercepat proses konversi.

2.      Omnichannel Retailing: Fondasi Pertumbuhan E-Commerce yang Merata

Industri e-commerce di Indonesia masih menunjukkan ketimpangan distribusi transaksi, di mana 83,8% dari total pembelian berasal dari konsumen di Pulau Jawa.  Meskipun demikian, potensi pertumbuhan di luar Jawa sangat menjanjikan. Sepanjang 2020 hingga 2024, SIRCLO mencatatkan rata-rata jumlah transaksi dari luar Pulau Jawa meningkat sebesar 80%, sementara jumlah konsumen tumbuh sebesar 74,5% secara year-on-year.

Sayangnya, ketimpangan di luar Jawa juga tercermin dalam pilihan metode pengiriman. Di wilayah ini, pengiriman masih sangat bergantung pada layanan reguler sebesar 84,5%, diikuti oleh pengiriman hemat sebesar 13,1%, sementara opsi pengiriman cepat seperti Same Day dan Instant Delivery masih tercatat di bawah 1%. Ketergantungan yang tinggi terhadap layanan reguler dan hemat ini menunjukkan adanya tantangan struktural dalam infrastruktur logistik, di mana tingginya biaya pengiriman dan terbatasnya jaringan distribusi cepat menjadi faktor utama.

Oleh karena itu, pelaku bisnis perlu mengadopsi teknologi untuk mempercepat pemerataan distribusi logistik dan integrasi layanan omnichannel di seluruh Indonesia. Fokus pada efisiensi pengiriman, optimalisasi jaringan distribusi lokal, dan penguatan konektivitas antara kanal online dan offline menjadi langkah krusial dalam menjangkau konsumen secara lebih luas. Ke depannya, optimalisasi omnichannel retailing akan menjadi fondasi utama dalam mendorong pertumbuhan e-commerce yang lebih inklusif dan merata.

“Proyeksi tren e-commerce 2025 membuka peluang besar bagi inovasi, karena konsumen kini tidak hanya mengutamakan kenyamanan, tetapi juga mengharapkan konektivitas dan pengalaman belanja yang lebih personal dan efisien. Melalui dua tren utama tersebut, kami melihat potensi besar bagi brand untuk memperluas jangkauan seiring dengan meningkatnya pertumbuhan konsumen dan transaksi di ranah digital,” ujar Brian.

Ia melanjutkan, “Untuk menjawab tantangan ini, SIRCLO terus menghadirkan inovasi melalui layanan SIRCLO StreamLab, sebuah solusi 360° social commerce yang mencakup shoppable live streaming, produksi konten, hingga dukungan afiliator. Di sisi lain, untuk mendorong pemerataan akses di luar Pulau Jawa, kami menghadirkan teknologi Multi-Origin Go-To-Market Strategy yang berfokus pada efisiensi distribusi, agar konsumen dapat menerima produk lebih cepat dan dengan biaya pengiriman yang lebih terjangkau. Kami harap kayanan yang kami hadirkan dapat membantu brands menciptakan pertumbuhan di tahun 2025.”