Pertama di Indonesia, ESB Hadirkan Aplikasi AI Berbasis Cloud untuk Mempermudah Bisnis Kuliner

Oleh : Candra Mata | Rabu, 30 April 2025 - 15:13 WIB

INDUSTRY.co.id - ICE BSD, Tangsel - Mengelola bisnis kuliner bukanlah perkara mudah. Di balik lezatnya menu yang tersaji di meja pelanggan, ada berbagai tantangan yang dihadapi oleh pemilik usaha, mulai dari kontrol stok bahan baku, pencatatan keuangan dan transaksi, antrean pembayaran, hingga risiko kebocoran data. Sistem yang belum terintegrasi, ditambah keterbatasan sumber daya manusia, kerap memaksa pemilik usaha turun langsung ke dapur, kasir, hingga manajemen gudang. Sehingga meninggalkan sedikit ruang untuk berpikir strategis dan mengembangkan bisnis ke level berikutnya.

Menjawab keresahan ini, PT Esensi Solusi Buana (ESB) —perusahaan teknologi penyedia software all-in-one berbasis cloud, khusus untuk industri F&B hadir dengan solusi operasional terintegrasi yang dirancang sesuai kebutuhan industri. 

Co-Founder & CEO ESB, Gunawan dalam talkshow bertajuk “Transformasi Bisnis F&B: Inovasi AI Memacu Pertumbuhan Bisnis #BebasCemas dengan Optimalisasi Data” yang digelar di Allfood Indonesia, ICE BSD mengatakan, meskipun sektor FnB tergolong dalam bidang konvensional, teknologi berfungsi sebagai alat yang memungkinkan perusahaan beroperasi secara efisien dan tetap relevan di pasar yang kompetitif.

 “ESB lahir dari pengalaman pribadi kami yang merasakan langsung betapa rumitnya mengelola operasional restoran dengan sistem yang terpisah-pisah. Kami ingin menciptakan solusi yang tidak hanya efisien, tetapi juga memberikan ketenangan bagi para pemilik usaha,” ujar Gunawan.

Ia memaparkan, OLIN, Aplikasi Asisten Artificial Intelligence (AI) yang dikembangkan secara lokal oleh PT Esensi Solusi Buana (ESB) menjadi teknologi pertama di industri kuliner Indonesia yang mempermudah pelaku usaha dalam menjalankan operasional bisnisnya. Menurutnya, OLIN bisa membantu pengguna untuk prediksi target penjualan, identifikasi promosi yang efektif, rekomendasikan menu kombinasi, cegah fraud dan periksa kesehatan bisnis.

"OLIN telah dipercaya dan dibuktikan oleh beberapa merchant ESB terutama pada skala bisnis menengah ke atas," tambahnya.

Selain itu, OLIN dirancang dengan mengusung empat nilai utama. Pertama, Security, keamanan dan kerahasiaan data terjamin karena seluruh data dikumpulkan dan diolah di dalam server ESB.

Kedua, Accuracy, proses data dilakukan setiap hari secara terperinci dan akurat, serta menyajikan laporan yang lengkap dan detail. Ketiga, Reliability, OLIN mengolah data realtime dari transaksi harian setiap brand sehingga rekomendasi yang diberikan bersifat spesifik, dan telah teruji selama dua tahun di beberapa merchant ESB.

Keempat, Convenience, memiliki user experience yang simpel, OLIN memastikan data terolah otomatis dan penyajian rekomendasi praktis.

Gunawan menambahkan OLIN membantu pengusaha kuliner dalam berbagai aspek bisnis dengan akurasi hingga 90 persen dan akan semakin tinggi tingkat akurasinya bila menggunakan produk ESB setidaknya tiga bulan.

Berbeda dari aplikasi AI konvensional, OLIN tidak menunggu perintah, melainkan secara mandiri menyampaikan saran strategis, seperti menu yang perlu dioptimalkan atau promosi yang relevan, berdasarkan pola historis dari sistem operasional ESB.

OLIN secara proaktif menganalisis data harian, memproyeksikan tren penjualan, serta mendeteksi potensi fraud. Selain itu, OLIN dapat mendeteksi potensi fraud dengan menganalisis pola historis transaksi dan operasional bisnis. Ketika sistem menemukan penyimpangan yang signifikan dari pola yang biasa terjadi seperti transaksi yang tidak wajar, perubahan perilaku operasional yang mencurigakan, atau anomali dalam pergerakan stok, makasih OLIN secara otomatis mengirimkan notifikasi dan memberikan rekomendasi tindak lanjut kepada pemilik usaha. 

"Pendekatan ini memungkinkan pelaku usaha mengambil tindakan cepat sebelum risiko membesar," terangnya.

Lebih lanjut Gunawan menjelaskan, OLIN dirancang agar mudah digunakan oleh siapa pun, termasuk pelaku UMKM yang tidak memiliki latar belakang teknis. Antarmuka yang intuitif memudahkan akses ke seluruh fitur cerdasnya.

"OLIN terbukti fleksibel dan dapat menyesuaikan diri dengan berbagai model usaha, mulai dari coffee shop, cloud kitchen, hingga restoran skala besar berkat pelatihannya yang mencakup berbagai tipe bisnis di industri kuliner," tutup Gunawan.

Pentingnya adaptasi dan efisiensi dalam menjalankan bisnis kuliner semakin terasa di era digital saat ini. Hal ini turut disampaikan oleh Lilysan Wijaya, Pemilik Jaringan Toko Roti Romi Roti Mimpi Indah. “Saya ini tipe orang yang suka turun langsung dan mengurus semuanya sendiri. Tapi ketika outlet mulai bertambah, saya sadar bahwa hal ini tidak bisa terus dijalani. Saya pernah mengalami sendiri bagaimana sistem kasir atau POS yang kurang andal bisa memicu banyak masalah: pesanan yang berantakan, antrean yang lama, bahkan tingkat turnover karyawan juga meningkat karena frustrasi. Setelah beralih ke ESB, dalam waktu sebulan, saya merasakan perbedaan yang cukup besar, operasional jauh lebih stabil, dan dukungan teknis pun responsif. Ternyata, menjalankan bisnis bisa jauh lebih tenang dan minim drama, asalkan kita menggunakan sistem operasional yang tepat.”

Sementara itu, tantangan berbeda dihadapi oleh Baker Old, sebuah brand roti yang tumbuh melalui model franchise. Di bawah komando Agung Haryadi sebagai General Manager, Baker Old harus memastikan satu hal: konsistensi kualitas.

“Tantangan terbesar dalam mengelola jaringan franchise adalah menjaga konsistensi kualitas dan standar pelayanan di tengah keragaman karakter mitra serta skala outlet yang terus bertambah. Dalam bisnis franchise, kami percaya bahwa pertumbuhan Baker Old hanya akan berkelanjutan jika mitra-mitra kami juga berkembang. Karena itu, sejak awal kami berkomitmen menyediakan dukungan operasional berbasis sistem yang mudah diakses dan real-time,” ujar Agung. 

“Tanpa sistem yang terintegrasi, kesalahan stok, laporan keuangan yang tidak akurat, hingga deviasi operasional bisa dengan mudah terjadi. Berkat dukungan teknologi dari ESB, kami mampu memantau seluruh operasional secara presisi dan membantu mitra kami fokus pada hal yang paling penting: mengembangkan bisnis mereka dengan lebih percaya diri.” tambahnya.

Richard Y Briant, CEO Indorich, penyelenggara AllFood Indonesia, turut menegaskan bahwa kolaborasi lintas pelaku industri menjadi kunci dalam menghadapi transformasi yang tengah berlangsung di sektor F&B. “Industri kuliner Indonesia terus tumbuh positif, dengan kenaikan jumlah usaha F&B sebesar 21,13% dalam tujuh tahun terakhir, serta pertumbuhan waralaba 10–15% per tahun. Di tengah momentum ini, teknologi berbasis data jadi kunci efisiensi dan peningkatan layanan. Karena itu, ruang temu seperti All Food Indonesia penting untuk mendorong pertukaran ide dan kolaborasi yang mempercepat inovasi serta pertumbuhan bersama,” jelasnya.

Pernyataan ini sejalan dengan komitmen ESB dalam memperkuat ekosistem kuliner melalui inisiatif Komunitas #BebasCemas. Sebagai bagian dari inisiatif tersebut, pada gelaran Allfood Indonesia yang dilaksanakan di ICE BSD, ESB turut menggandeng berbagai mitra strategis seperti BCA, Grab, iWare, Orangepay, dan Moratelindo/Oxygen.

Kehadiran mereka bukan sekadar bentuk dukungan, tapi juga menunjukkan peran penting ekosistem kolaboratif dalam mendukung keberlanjutan bisnis kuliner. Setiap mitra membawa solusi dan perspektif unik yang selaras dengan semangat #BebasCemas. Mulai dari kemudahan transaksi, pengelolaan operasional, hingga teknologi finansial dan logistik yang terintegrasi.