Kemenperin: Industri Tak Masalah HGBT Naik, Asal Pasokan dan Suplai Gas Lancar
INDUSTRY.co.id - Jakarta – Pemerintah telah memastikan akan memperpanjang kebijkan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) untuk tujuh sektor industri. Meski demikian, nantinya kebijakan HGBT akan mengalami kenaikan, tidak lagi sebesar US$ 6 per MMBTU.
Dalam rancangan pemerintah, kemungkinan gas yang dipakai untuk energi besar kurang lebih sekitar US$ 7 per MMBTU, sedangkan gas yang dipakai untuk bahan baku berkisar US$ 6,5 per MMBTU.
Menanggapi hal tersebut, Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Febri Hendri Antoni Arief menyatakan bahwa kenaikan HGBT yang telah ditetapkan oleh pemerintah tidak berdampak signifikan terhadap industri.
“Saya rasa, industri tidak terlalu terkena dampak yang signifikan akibat kenaikan HGBT yang telah ditetapkan oleh pemerintah,” kata Febri di Kantor Kemenperin, Jakarta, Kamis (30/1).
Meski demikian, Febri meminta agar pasokan dan suplai gas terhadap industri dalam lima tahun kedepan harus terjamin, sehingga industri dapat memenuhi input untuk produksinya.
“Bagi industri yang paling penting itu stabilitas pasokan dan suplai gas. Jangan sampai ditengah perjalanan industri harus bayar mahal dan pasokannya dibatasi,” jelasnya.
Disisi lain, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) juga terus berjuang agar sektor industri lainnya dapat menikmati program harga gas murah untuk industri tersebut.
“Kami terus mendorong agar seluruh industri tetap mendapatkan kebijakan harga gas murah tersebut. Kami akan terus berjuang, seperti kata Pak Menperin ‘No One Left Behind,” ucap Febri.
Sebelumnya, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, selama periode tahun 2020-02023, dampak positif HGBT terhadap sektor industri tercatat senilai Rp247,26 triliun.
“Kebijakan HGBT yang diberikan kepada industri juga memberi nilai tambah enam kali lipat,” kata Menperin Agus.
Dikatakan Agus, penerapan HGBT sangat krusial dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan mencapai 8 persen dalam pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
“Untuk mewujudkan target tersebut, sektor manufaktur ditargetkan berkontribusi sebesar 21,9 persen terhadap PDB nasional tahun 2025-2029,” tuturnya.