Asparminas Apresiasi Langkah Market Leader Galon AMDK Beralih ke Kemasan Bebas BPA
INDUSTRY.co.id, Jakarta – Asosiasi Produsen Air Minum Kemasan Nasional (Asparminas), organisasi payung produsen air kemasan bermerek, mengapresiasi langkah yang diambil oleh market leader galon AMDK yaitu AQUA yang mulai beralih dari kemasan polikarbonat ke kemasan bebas BPA. Hal ini juga sejalan dengan tren penggunaan galon air minum bermerek yang bebas dari risiko kontaminasi senyawa kimia berbahaya Bisfenol A atau BPA.
"Prediksi kami, tahun ini bakal lebih banyak lagi produsen air kemasan bermerek yang mengikuti jejak AQUA, market leader industri air minum dalam kemasan, yang meninggalkan galon berbahan plastik keras polikarbonat dan beralih menggunakan galon yang lebih sehat, berkualitas dan bebas BPA," kata Sekretaris Jenderal Asparminas, Nio Eko Susilo, dalam sebuah pernyataan, Rabu (8/1).
Menurut Eko, trend tersebut antara lain dipicu oleh perubahan preferensi konsumen yang menginginkan kemasan galon air minum yang sehat, bebas BPA dan terjamin keamanan dan mutunya. Faktor lainnya, katanya, adalah regulasi pemerintah terkait risiko kesehatan di balik konsumsi air galon bermerek dengan kemasan dari jenis plastik keras polikarbonat.
Pada April 2024, Badan Pengawas Obat dan Makanan, otoritas tertinggi keamanan dan mutu pangan dalam negeri, mewajibkan industri air kemasan menambahkan label baru pada kemasan, berupa peringatan bahaya BPA, selambat-lambatnya pada 2028. Regulasi tersebut menyusul temuan lapangan BPOM selama dua tahun berturut-turut yang menunjukkan kontaminasi BPA pada galon bermerek di sejumlah provinsi telah melewati ambang batas berbahaya.
Terkait hal tersebut, Eko menegaskan industri air kemasan mampu beradaptasi dengan aturan pelabelan BPA. Hal itu, lanjutnya, dibuktikan dengan kemampuan market leader industri AMDK meninggalkan galon polikarbonat dan beralih ke kemasan galon galon bebas BPA dalam waktu singkat.
"Sekarang ini di hampir seluruh wilayah Jakarta, market leader telah menarik galon polikarbonat dan menggantinya dengan galon bebas BPA yang terlihat segar, lebih bening dan dijamin bebas dari risiko kontaminasi BPA," katanya.
Eko bilang, 'shifting' kemasan galon oleh market leader di area Jakarta tersebut menyusul sukses penerapan hal serupa di seluruh Bali dan Manado dalam tiga tahun terakhir.
"Ini membawa pesan pada pelaku industri lainnya bahwa shifting tersebut bisa dilakukan dan industri berkomitmen pada penyediaan produk air minum bermerek yang aman bagi kesehatan konsumen," katanya.
Eko optismistis pabrikan air minum bermerek lainnya, jumlahnya mencapai 1.100 perusahaan di seluruh Indonesia, segera mengikuti langkah AQUA dan beralih ke kemasan galon bebas BPA.
"Semua produsen AMDK peduli terhadap kesehatan konsumen karena itu masalah peralihan ke kemasan galon bebas BPA tinggal menunggu waktu saja," tegasnya.
Data industri menunjukkan dari sekitar 170 juta galon air minum bermerek yang beredar di pasaran setiap tahunnya, sekitar 95% di antaranya menggunakan kemasan dari jenis plastik keras polikarbonat yang dihasilkan dari proses pengolahan senyawa kimia BPA. Residu BPA yang terdapat pada galon polikarbonat tersebut diketahui rawan luluh (migrasi) ke dalam air dan terminum oleh konsumen.
Menurut Eko, konsumen saat ini makin banyak yang tersadarkan akan risiko paparan BPA pada kesehatan, utamanya paparan BPA yang bersumber dari migrasi BPA dalam kemasan galon polikarboant. Sayangnya, katanya, masih banyak konsumen yang belum bisa membedakan mana kemasan air minum bermerek yang bebas BPA dan mana yang masih menggunakan plastik polikarbonat.
"Masyarakat awam sebenarnya mudah mengetahui galon bebas BPA dengan memperhatikan kode penomeran plastik di dasar kemasan. Bila tertera angka 1, seperti pada semua merek kemasan botol, itu berarti kemasannya terbuat dari plastik jenis polietilene teraftalat (PET) yang bebas BPA. Sementara bila angkanya tertera nomer 7, seperti pada umumnya galon, itu berarti produk tersebut menggunakan kemasan dari plastik polikarbonat yang diproses dari pengolahan senyawa kimia BPA," katanya
Paparan BPA pada tubuh, menurut sejumlah pernyataan resmi BPOM, dapat berkorelasi dengan banyak penyakit. Termasuk di antaranya adalah gangguan sistem reproduksi baik pria maupun wanita, diabetes dan obesitas, gangguan sistem kardiovaskular, gangguan ginjal, kanker, perkembangan kesehatan mental serta Autism Spectrum Disorder dan Attention Deficit Hyperactivity Disorder pada anak.