Marina Kacaribu, Managing Director, Cisco Indonesia

Marina Kacaribu, Managing Director, Cisco Indonesia

Kesiapan AI di Indonesia Dinilai Menurun Meski Pasar Berubah Cepat, AI Berpotensi Menimbulkan Dampak

Industry.co.id

Hariyanto Industri

Rabu, 15 Januari 2025 19:25 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta – Cisco, pemimpin dalam jaringan dan keamanan di dunia, hari ini mengumumkan sejumlah temuan dari Cisco 2024 AI Readiness Index. Laporan ini mengungkapkan bahwa hanya 19% perusahaan di Indonesia siap sepenuhnya untuk menerapkan dan memanfaatkan teknologi berbasis AI, menurun dari 20% di tahun lalu. 

Penurunan ini menegaskan adanya sejumlah tantangan yang dihadapi perusahaan dalam mengadopsi, menerapkan dan sepenuhnya memanfaatkan AI. Mengingat perkembangan pasar dan potensi dampak AI yang signifikan terhadap operasional bisnis, kesenjangan dalam kesiapan ini sangat penting. 

Laporan ini disusun berdasarkan survei obyektif (double-blind) yang dilakukan terhadap 3.660 pemimpin senior bisnis dari perusahaan-perusahaan dengan 500 atau lebih karyawan di 14 pasar di APJC (Asia Pasifik, Jepang dan China). Para pemimpin ini bertanggung jawab atas integrasi dan penerapan AI di perusahaan mereka. Indeks kesiapan AI ini diukur berdasarkan enam pilar: strategi, infrastruktur, data, tata kelola, talenta dan budaya. 

Bertindak dengan Urgensi

AI telah menjadi pondasi bagi strategi bisnis, dan urgensi untuk mengadopsi dan menerapkan teknologi AI di kalangan perusahaan tengah meningkat. Di Indonesia, hampir semua perusahaan (99%) melaporkan peningkatan urgensi untuk menerapkan AI di tahun depan, yang sebagian besar didorong oleh CEO dan tim pemimpin. 

Selain itu, perusahaan-perusahaan mengalokasikan sumber daya dalam jumlah yang signifikan untuk AI, dengan 52% melaporkan bahwa 10% hingga 30% dari anggaran IT mereka dialokasikan untuk penerapan AI. 

Meskipun ada investasi AI yang signifikan dilakukan di area-area strategis seperti keamanan siber, infrastruktur IT dan analitik dan manajemen data, banyak perusahaan melaporkan bahwa hasil dari investasi tersebut tidak memenuhi harapan mereka. 

“Ketika perusahaan-perusahaan mempercepat inisiatif AI mereka, mengadopsi pendekatan yang komprehensif terhadap implementasi dan memahami semua untuk menghubungkan ambisi AI dengan kesiapan sangatlah penting,” kata Marina Kacaribu, Managing Director, Cisco Indonesia di Jakarta, Rabu (15/1/2025). 

“AI Readiness Index tahun ini mengungkapkan bahwa untuk bisa sepenuhnya memanfaatkan potensi AI, perusahaan-perusahaan membutuhkan infrastruktur digital modern yang mampu menjawab perubahan dalam kebutuhan listrik dan persyaratan latensi jaringan akibat beban kerja AI yang semakin meningkat. Hal ini harus didukung oleh visibilitas yang tepat untuk mencapai tujuan bisnis mereka.” ujarnya.

- Iklan -
- Iklan -

Temuan-Temuan Utama

- Kesiapan AI menurun di beberapa pilar, dengan infrastruktur yang diidentifikasi sebagai tantangan terbesar: Salah satu penurunan terbesar adalah di sisi kesiapan infrastruktur. Juga ada kesenjangan di beberapa area lain yakni komputasi, performa jaringan pusat data, dan keamanan siber. Hanya 34% perusahaan memiliki GPU yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan AI saat ini dan di masa yang akan datang, dan 49% memiliki kemampuan untuk melindungi data dalam model AI dengan enkripsi yang menyeluruh, audit keamanan, pengawasan berkelanjutan, dan respon yang cepat terhadap ancaman. 

- Perusahaan berinvestasi, namun tidak mendapatkan hasil yang diharapkan: Dalam satu tahun terakhir, AI telah menjadi prioritas dalam alokasi anggaran di banyak perusahaan di Indonesia, dengan 52% perusahaan mengalokasikan 10-30% dari anggaran IT mereka untuk proyek AI. Investasi AI telah difokuskan pada tiga  area strategis yakni keamanan siber (60% perusahaan berada di fase penerapan lengkap/tingkat lanjut), infrastruktur IT (59%) serta analisis dan manajemen data (48%). Tiga hasil utama yang ingin mereka raih adalah meningkatkan efisiensi sistem, proses, operasional dan profitabilitas; kemampuan untuk berinovasi dan tetap kompetitif; dan menciptakan pengalaman yang lebih baik untuk pelanggan dan mitra. 

- Meskipun investasi meningkat, rata-rata lebih dari seperempat responden mengatakan mereka tidak melihat adanya hasil, atau hasilnya tidak sesuai dengan harapan mereka, dalam menambah, membantu atau mengotomatisasi proses atau operasional saat ini. 

- Tekanan yang terus-menerus untuk berhasil: Terdapat tekanan dan urgensi yang semakin besar dari para pemimpin tertinggi di perusahaan untuk menerapkan teknologi AI. 70%  perusahaan melaporkan bahwa CEO dan tim pemimpin mendorong penerapan AI, diikuti oleh jajaran direktur (48%) dan manajemen menengah (40%). Seiring waktu, perusahaan-perusahaan di Indonesia mempercepat upaya dan menambah investasi untuk mengatasi hambatan dan menjalankan transformasi yang memanfaatkan AI. Secara khusus, lebih dari  sepertiga (37%) perusahaan berencana untuk mengalokasikan lebih dari 40% anggaran IT mereka untuk investasi AI dalam 4 hingga 5 tahun mendatang. Ini merupakan peningkatan drastis dari hanya 3% perusahaan yang mengatakan mereka mengalokasikan porsi yang sama dari anggaran IT mereka untuk AI baru-baru ini. 

Perusahaan-perusahan mengakui bahwa mereka harus lebih mempersiapkan diri untuk memanfaatkan AI secara efektif. Di Indonesia, 64% menilai skalabilitas , fleksibilitas, dan manageability infrastruktur IT yang lebih baik sebagai prioritas utama, dengan kesadaran akan kesenjangan sebagai hal utama yang harus diatasi untuk meningkatkan keseluruhan kesiapan AI. 

Mengatasi Kesenjangan dalam Keahlian dan Talenta

Meskipun terdapat tantangan unik di setiap pilar, ada satu tema umum yang muncul – kurangnya talenta terampil. Perusahaan-perusahaan menyoroti hal ini sebagai tantangan utama di seluruh infrastruktur, data dan tata Kelola. Hal ini menegaskan sangat pentingnya tenaga profesional untuk mendorong inisiatif-inisiatif AI. 

“Ketika kompetisi mengadopsi AI semakin cepat, talenta akan menjadi faktor pembeda utama bagi berbagai perusahaan. Telah terjadi kekurangan talenta terampil dalam berbagai aspek AI. Hal ini berarti perusahaan-perusahaan harus berinvestasi di SDM yang dimiliki saat ini untuk memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat. Pada saat yang sama, semua pemangku kepentingan – sektor privat dan publik, institusi pendidikan, dan pemerintah – harus bekerja sama untuk mengembangkan talenta-talenta lokal sehingga seluruh ekosistem bisa mendapatkan keuntungan dari potensi besar yang ditawarkan AI.” kata Anupam Trehan, VP, People and Communities APJC, Cisco. 

Komentar