dari kiri: Presiden ISACA Indonesia Chapter, Syahraki Syahrir dan Richi Aktorian selaku Ketua Panitia GRACS 2024 di sela-sela penyelenggaraan GRACS 2024 di Jakarta (20/11/2024).

dari kiri: Presiden ISACA Indonesia Chapter, Syahraki Syahrir dan Richi Aktorian selaku Ketua Panitia GRACS 2024 di sela-sela penyelenggaraan GRACS 2024 di Jakarta (20/11/2024).

ISACA Indonesia Dorong Kolaborasi untuk Tingkatkan Keamanan Digital dan Tata Kelola Teknologi

Industry.co.id

Nina Karlita Industri

Kamis, 21 November 2024 00:26 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta – Tantangan di era digital yang semakin kompleks mendorong pentingnya tata kelola teknologi dan keamanan siber. Menjawab kebutuhan ini, ISACA Indonesia Chapter menggelar Governance, Risk Management, Assurance, and Cyber Security Summit (GRACS) 2024, yang mempertemukan profesional TI, regulator, dan akademisi untuk berdiskusi tentang isu-isu kritis di dunia digital.

Mengusung tema Digital Trust: Navigating the Future in the Digital Era, acara ini menyoroti pentingnya kepercayaan digital di tengah pesatnya perkembangan teknologi. Presiden ISACA Indonesia Chapter, Syahraki Syahrir, menjelaskan bahwa GRACS merupakan forum dua tahunan yang bertujuan mengedukasi industri sekaligus mendorong kolaborasi lintas sektor.

“Profesional di bidang IT Governance, keamanan siber, dan privasi data sering bekerja di balik layar. Padahal, isu-isu ini membutuhkan diskusi terbuka untuk mendorong kemajuan bersama,” ujar Syahraki dalam sesi pembukaan.

Selain membahas teknologi, GRACS 2024 menekankan pentingnya tata kelola yang melibatkan manusia dan proses. Ketua Panitia GRACS, Richi Aktorian, menegaskan bahwa banyak pelanggaran keamanan terjadi akibat kelemahan dalam tata kelola.

“ISACA tidak hanya bicara soal perangkat, tapi juga bagaimana teknologi itu dikelola. Kebocoran data sering kali terjadi bukan karena teknologi yang buruk, tetapi kurangnya tata kelola yang baik,” jelasnya.

ISACA Indonesia juga menjadikan GRACS sebagai wadah kolaborasi antara sektor industri, pemerintah, dan akademisi. Acara ini rutin mengundang regulator seperti OJK dan BSSN untuk mendiskusikan kebijakan yang mendukung keamanan digital. Beberapa industri juga dilibatkan untuk memberi masukan kordinasinya terkait tata kelola teknologi dan keamanan siber.

“Kami selalu mengundang regulator untuk berdialog karena kolaborasi ini penting untuk memastikan kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan industri,” ujar Syahraki.

Selain itu, keterlibatan mahasiswa dalam acara ini bertujuan mengenalkan mereka pada dunia IT Governance dan keamanan siber sejak dini.

- Iklan -
- Iklan -

“Kami ingin generasi muda memahami pentingnya tata kelola dan perlindungan data pribadi. Tantangan saat ini adalah kurangnya pendidikan di tingkat universitas tentang isu-isu ini,” tambahnya.

Syahraki juga menyoroti perlunya peningkatan literasi digital di Indonesia. Salah satu kendala utama adalah minimnya pembelajaran terkait Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (PDP) di perguruan tinggi.

“Beberapa universitas bahkan belum memasukkan materi UU PDP dalam kurikulumnya. Ini adalah tantangan besar yang perlu kita atasi bersama,” ungkapnya.

Sementara Richi Aktorian selaku Ketua Panitia GRACS 2024, juga menggarisbawahi bahwa kebocoran data kerap terjadi karena lemahnya tata kelola, bukan hanya masalah teknis. Oleh karena itu, ISACA menekankan peran penting governance dalam pengelolaan teknologi modern

 

ISACA Indonesia berharap dapat terus mendukung pemerintah dalam mengembangkan kebijakan yang memperkuat keamanan digital.

“Dengan pengalaman lebih dari 55 tahun, kami yakin ISACA dapat membantu Indonesia menciptakan ekonomi digital yang aman dan berkelanjutan,” pungkas Syahraki.

Sebagai organisasi profesi internasional yang fokus pada tata kelola TI, manajemen risiko, keamanan siber, dan privasi data, ISACA Indonesia telah hadir sejak 1991 dengan lebih dari 1.100 anggota. Melalui GRACS dan inisiatif lainnya, ISACA Indonesia terus berkomitmen membangun ekosistem digital yang lebih aman dan terpercaya bagi masyarakat Indonesia.

Komentar