ExxonMobil Melihat Peluang dan Tantangan di Semestet II 2025

Oleh : Wiyanto | Kamis, 18 September 2025 - 04:08 WIB

INDUSTRY.co.id-Tantangan awal tahun 2025 Industri pertambangan Indonesia mengalami dinamika yang cukup besar sepanjang 2025. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), sektor pertambangan sempat terkontraksi 1,23% pada kuartal I 2025, volatilitas harga batu bara akibat melemahnya permintaan energi dunia serta kondisi oversupply komoditas nikel.

Dampaknya, penerimaan negara ikut menurun dan data Kementerian ESDM mencatat, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) minerba turun dari Rp180,4 triliun pada 2022 menjadi Rp140,5 triliun di 2024. Tantangan dan beban operasional Perusahaan tambang beroperasi di lokasi dengan kondisi ekstrem — suhu tinggi, beban kerja besar, hingga paparan air dan debu, yang meningkatkan risiko downtime alat berat.

Pada saat yang sama, asosiasi alat berat mencatat penjualan nasional cenderung melemah sejak 2024 akibat kombinasi faktor harga komoditas dan penerapan Pajak Alat Berat (PAB) yang berpotensi menambah beban biaya operasional. Kondisi ini membuat pelaku tambang semakin dituntut untuk mengoptimalkan pemakaian armada yang ada, sehingga kebutuhan perawatan yang tepat dan penggunaan pelumas berkualitas menjadi semakin krusial.

Efisiensi jangka panjang

Selain tekanan biaya, pelaku industri tambang juga dihadapkan pada agenda transisi energi nasional yang mendorong industri untuk beroperasi lebih efisien dan bertanggung jawab. Bagi pelaku tambang, hal ini berarti tidak hanya menjaga produktivitas, tetapi juga mengoptimalkan penggunaan sumber daya. Mulai dari energi hingga bahan pendukung seperti pelumas. Pelumas dengan daya tahan lama, dengan kemampuan menjaga performa mesin dan peralatan secara optimal menjadi faktor kunci dalam membantu industri memenuhi tuntutan efisiensi sekaligus mengurangi potensi limbah pemakaian.

Peluang di semester kedua 2025 Meski awal tahun menantang, kuartal II 2025 mencatat pertumbuhan 2,03% untuk sektor pertambangan, dan nilai PDB sektor pertambangan naik dari Rp231,31 triliun menjari Rp233,8 triliun. Di sisi lain, investasi sektor ESDM naik 24% menjadi USD 13,9 miliar, dengan minerba menyumbang USD 3,1 miliar. Asosiasi juga optimis permintaan ekspor komoditas dapat menjadi motor pemulihan di paruh kedua tahun ini. Dengan peluang pemulihan di semester II, pelaku industri perlu memastikan alat berat tetap optimal.

"Di sinilah solusi pelumasan berteknologi tinggi dan berkualitas memainkan peran strategis," ujar Presiden Direktur ExxonMobil Lubricants Indonesia (EMLI) Syah Reza di Jakarta, Rabu (17/9/2025).

Tantangan di awal tahun ini menunjukkan pentingnya efisiensi, keandalan operasional, dan keberlanjutan bagi perusahaan tambang ExxonMobil memahami bahwa pelaku industri tambang membutuhkan solusi pelumas yang menawarkan efisiensi jangka panjang dan keandalan operasi yang lebih berkelanjutan, termasuk bagaimana mengurangi limbah pemakaian pelumas dan memastikan peralatan beroperasi optimal lebih lama, khususnya di tengah volatilitas pasar

Di tengah tekanan biaya, fluktuasi harga komoditas, dan tuntutan keberlanjutan, perusahaan tambang membutuhkan solusi teknis lebih besar dari sekadar produk. ExxonMobil Lubricants Indonesia menjawab tantangan biaya dan kompleksitas operasional, menghadirkan pelumas berteknologi canggih dan layanan purnajual khusus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan pengguna untuk mendukung produktivitas industri tambang Indonesia. Tujuan utama untuk membantu perusahaan tambang meningkatkan uptime, memperpanjang umur pakai mesin, dan menekan biaya kepemilikan.

Pelumas untuk kondisi ekstrem. Di sektor pertambangan, kami mengembangkan Mobilgrease XHP 462 Moly, grease tekanan ekstrem yang mengandung 3% molibdenum disulfida untuk memberikan perlindungan yang lebih baik pada kondisi pivot dan kondisi sliding load, menjaga kinerja pada beban berat dan lingkungan berdebu atau berair.

Kami juga memiliki Mobilith SHC 220, yakni produk grease sintetis performa superior dengan formulasi litium kompleks unik yang direkomendasikan di banyak aplikasi mulai dari fasilitas produksi sampai ke alat berat untuk beban ekstrem.