Baja Lapis RI Tembus Pasar AS, Menperin Agus: Bukti Ketangguhan Industri Nasional

Oleh : Candra Mata | Minggu, 20 Juli 2025 - 19:16 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta, Industri baja nasional terus menunjukkan ketangguhannya di tengah tantangan global. Peluang ekspor semakin terbuka lebar seiring dengan kebijakan pembatasan perdagangan di antara para pemain utama global, termasuk Amerika Serikat (AS) yang menerapkan tarif tinggi terhadap produk baja berdasarkan Section 232. 

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan, meskipun tarif impor baja di AS mencapai 50 persen, lebih tinggi dibandingkan tarif produk lainnya yang terkena 19 persen, AS tetap bergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan baja lapisnya.

“Untuk meningkatkan daya saing, para pelaku industri nasional harus bisa lebih efisien dalam proses produksinya sehingga nilai tambah produk yang dihasilkan menjadi lebih tinggi,” kata Menperin Agus dalam sambutannya pada acara Pelepasan Ekspor Produk Baja Lapis PT Tata Metal Lestari ke Amerika Serikat, di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (18/7).

Pada kesempatan ini, Menperin Agus mengakui kepiawaian Presiden Prabowo Subianto dalam bernegosiasi dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, karena Indonesia berhasil memperoleh tarif yang lebih menguntungkan dibandingkan dengan negara-negara pesaing. Hal ini menjadi modal penting bagi peningkatan daya saing industri nasional.

“Oleh karena itu, industri nasional perlu mengoptimalkan ekspor produknya ke pasar Amerika guna memanfaatkan tarif bea masuk yang rendah bagi Indonesia dibanding negara lain,” ujarnya. Saat ini, ekspor menjadi satu mesin ekonomi yang diandalakan dalam memacu perekonomian nasional. Tidak hanya dari capaian nilai, tetapi juga volume barang yang diekspor terus meningkat. Artinya, produksi dan logistik benar-benar bergerak.

“Ada empat mesin utama yang menggerakkan ekonomi Indonesia, yaitu konsumsi rumah tangga, belanja pemerintah, investasi, dan net ekspor. Dari keempat mesin tersebut, saat ini kinerja ekspor yang masih melaju kencang,” ungkapnya. 

Oleh karena itu, kebijakan hilirisasi industri perlu konsisten untuk terus dijalankan dalam menciptakan produk turunan yang bernilai tambah tinggi. Ini juga menjadi peluang bagi pelaku industri untuk mengisi produk hilir ke pasar ekspor, termasuk ke Amerika Serikat.

Namun demikian, Menperin Agus juga mengingatkan, potensi pasar dalam negeri masih sangat besar. “Sebesar 80 persen output dari industri manufaktur kita untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik, dan ini yang perlu kita jaga dari serbuan produk impor,” imbuhnya.

Menperin Agus memberikan apresiasi tinggi kepada PT Tata Metal Lestari atas keberhasilannya menembus pasar ekspor AS di tengah kebijakan proteksionis yang ketat. Keberhasilan ini sebagai wujud nyata kemampuan industri manufaktur Indonesia dalam menghasilkan produk berstandar global.

Menurut Menperin Agus, agresifitas PT Tata Metal Lestari untuk terus menembus pasar ekspor sebagai wujud nyata optimisme yang tinggi dari pelaku industri dalam negeri di tengah ketidakpastian dinamika global. “Capaian ini sekaligus membantah pendapata bahwa Indonesia sedang dalam fase deindustrialisasi, karena aktivitas industri masih berjalan baik hingga mereka aktif untuk memperluas pasarnya,” ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut, PT Tata Metal Lestari mengirimkan ekspor baja lapis ke pasar AS dengan volume sebesar 10.000 ton senilai USD12,6 juta. Sepanjang tahun 2025, perusahaan telah mengapalkan empat kali dengan target ekspor mencapai 69.000 ton, naik 133% dibandingkan realisasi tahun 2024.

“Informasi yang kami terima menyebutkan bahwa ekspor PT TML ke Amerika Serikat dan Kanada, telah dilakukan secara berkelanjutan sejak Oktober 2024. Ini membuktikan bahwa produk baja Indonesia dipercaya dan diterima di pasar global, bahkan di tengah dinamika kebijakan perdagangan yang terus berubah. Kami juga mengapresiasi PT TML sebagai salah satu perusahaan yang patuh terhadap upaya pemberlakukan SNI,” tambah Menperin Agus.

Pentingnya kolaborasi

Menperin Agus juga menyoroti pentingnya kolaborasi antara PT Tata Metal Lestari sebagai pelaku industri hilir dengan PT Krakatau Steel selaku penyedia bahan baku dari sektor hulu. “Sinergi ini mencerminkan kekuatan ekosistem industri baja nasional yang solid dan mampu menjawab tantangan serta peluang pasar global,” jelasnya.

Menperin Agus menekankan bahwa kunci penguatan ekonomi nasional terletak pada kemampuan industri untuk menciptakan nilai tambah serta membangun jejaring hulu-hilir yang kuat, berkelanjutan, dan inklusif. Hal ini juga dipacu bagi pelaku industri besi dan baja untuk terus meningkatkan kualitas produksi dan berinovasi menciptakan produk bernilai tambah tinggi serta ramah lingkungan.

“Dengan strategi tersebut, saya yakin produk baja Indonesia akan semakin kompetitif dan diterima luas di pasar internasional.Saya juga berharap keberhasilan ini dapat menjadi inspirasi bagi pelaku industri lainnya untuk terus meningkatkan daya saing serta memperluas pasar ekspor,” tegas Menperin Agus.

Pada kesempatan yang sama, VP of Operations PT Tata Metal, Stephanus Koeswandi menyampaikan bahwa ekspor ke AS kali ini merupakan bagian dari ekspansi agresif perusahaan ke pasar global. “Bulan Februari kami ekspor 5000 ton, kemudian setiap bulan terus meningkat hingga Juli ini kami ekspor 10.000 ton, atau sekitar 14,5 persen dari total target ekspor 2025 yang mencapai 69.000 ton,” jelasnya. 

Menurut Stephanus, peningkatan ekspor tahun 2025 ini telah mencapai 133 persen dibandingkan 2024. “Ini adalah bukti bahwa produk nasional mampu menjawab kebutuhan industri konstruksi global, khususnya di pasar Amerika yang tetap terbuka,” ungkapnya. 

Lebih lanjut, dengan kontribusi ekspor sebesar 30–40 persen terhadap total penjualan Tata Metal, kegiatan ini menjadi salah satu penopang penting bagi penguatan ekonomi nasional berbasis industri, sekaligus membuka lebih banyak lapangan kerja di sektor hilir.

Pelepasan kali ini, ada tiga produk yang akan diekspor, yakni BJLAS (Baja Lapis Aluminium Seng) bermerek Nexalume, BJLS (Baja Lapis Seng) bermerek Nexium, BJLS Warna bermerek Nexcolor. “Produk yang diekspor telah melalui proses pelapisan baja dan pelapisan warna sesuai standar kualitas internasional, dan digunakan sebagai bahan baku roll-former untuk industri konstruksi di AS,” tukasnya.

Sementara itu, Direktur Utama PT Krakatau Steel, Muhamad Akbar Djohan mengemukakan, sinergi kedua perusahaan ini menjadi pondasi penting dalam memperkuat ekosistem industri baja nasional. “Krakatau Baja Industri memiliki keandalan manufaktur dalam memproduksi baja lembaran dingin (CRC) unggulan yang berkualitas tinggi dan diakui di pasar dunia,” ujarnya. 

Menurutnya, pasar ekspor kini menjadi salah satu andalan bagi Krakatau Steel Group untuk mendukung kinerja penjualan. Sebelumnya Krakatau Baja Industri telah melakuakan ekspor ke Polandia dan dalam waktu dekat kegiatan ekspor juga akan terus kami lakukan ke beberapa negara di Eropa lainnya.

“Kami mendukung ekspor ini dengan pasokan baja lembaran berkualitas tinggi. Ekspor ini tidak hanya memperluas pasar, tetapi juga meningkatkan utilitas pabrik dan memperkuat struktur industri hulu-hilir dalam negeri,” tegas Akbar.