AI Education & Innovation Fest 2025: Penggunaan AI Harus Beretika
INDUSTRY.co.id-JAKARTA -- Dian Martin, Ketua Asosiasi Artificial Intelligence Indonesia (AAII) menyatakan, pentingnya membangun kolaborasi antara kampus, industri, dan masyarakat. Karena AI tidak bisa berkembang optimal jika hanya digerakkan oleh satu sektor. Sinergi lintas bidang diperlukan agar teknologi ini benar-benar memberi manfaat luas.
Hal itu dikatakan saat menjadi keynote speaker dalam acara AI Education & Innovation Festival 2025 yang diselenggarakan oleh Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) pada 2 Juli 2025, Dian Martin di Kampus UBSI Kalimalang,Jakarta Timur. Dia memaparkan tantangan dan peluang AI dan mengajak audiens untuk tidak melihat AI sebagai ancaman, melainkan sebagai alat bantu yang bisa meningkatkan kualitas hidup manusia. "AI seharusnya menjadi mitra dalam menyelesaikan masalah, bukan pengganti manusia," katanya.
Dalam acara yang mengusung tem EDUvolution: Where Innovation Meets Intelligence ini dan diinisiasi Co-Founder Yayasan BSI, Naba Aji Notoseputro, Dian memaparkan AI berhasil membuat lukisan yang dijual seharga Rp15 miliar di sebuah galeri terkenal. Bahkan kolaborasi AI dan The Beatles berhasil memenangkan penghargaan Grammy 2025. Tak sampai di situ saja, AI juga berhasil menciptakan antibiotik baru untuk melawan penyakit mematikan. "Start Up China melakukan uji coba Klinik Dokter AI pertama di Saudi Arabia," terangnya.
Namun AI, tak hanya membawa hal-hal positif. Dian menuturkan ada dampak negative. Sebagai contoh, di Belgia, seorang pria mengakhiri hidupnya setelah menggunakan chat bot. Bahkan menurutnya, mengutif NBC News, ada anak remaja berusia 14 tahun juga mengakhiri hidupnya setelah memakai Chatbot Character.AI. "Jangan menggunakan percakapan AI lebih dari 2 jam, karena akhirnya AI bis mengarahkan ke hal negatif seperti bunuh diri," katanya.
Karena itulah, dia mengingatkan bahwa inovasi AI harus diimbangi dengan kesadaran etis dan tanggung jawab sosial, terutama dalam dunia pendidikan dan bisnis. Penggunaan AI harus beretika, produktif dan kreatif. AI bisa dijadikan alat pemberdayaan dan pemanfaatannya harus diarahkan untuk menciptakan solusi yang inklusif dan berkelanjutan. "AI bukan untuk menggantikan manusia, tetapi untuk memperkuat kapasitas manusia dalam berpikir, mencipta, dan menyelesaikan masalah," tandasnya.