Ekspansi Smart Factory, Komitmen Kuat Schneider Electric Dukung Agenda Transformasi dan Ketahanan Industri Nasional
INDUSTRY.co.id - Cikarang, Schneider Electric, perusahan multinasional Prancis yang bergerak di bidang otomatisasi digital dan manajemen energi, pada hari ini, Selasa (24/6/2025) menggelar peresmian perluasan smart factory yang berlokasi di kawasan East Jakarta Industrial Park (EJIP) Cikarang, Bekasi - Jawa Barat.
Perluasan tersebut merupakan bagian dari strategi jangka panjang perusahaan untuk memperkuat kapasitas produksi peralatan kelistrikan berteknologi tinggi, sekaligus memperkuat kontribusinya terhadap transisi energi di Indonesia.
Turut hadir dalam gelaran tersebut, Duta Besar Prancis untuk Indonesia, Fabien Penone dan Direktur Industri Permesinan & Alat Mesin Pertanian, Kementerian Perindustrian RI, Solehan SP, MM.,dan segenap jajaran direksi PT Schneider Electric Indonesia.
President Director of Schneider Electric Indonesia & Timor-Leste, Martin Setiawan dalam sambutannya mengatakan, smart factory Schneider Electric Cikarang, Jawa Barat, merupakan fasilitas perakitan panel dengan spesifikasi khusus untuk berbagai produk kelistrikan bertegangan rendah hingga menengah, serta menjadi pusat produksi strategis yang melayani pasar domestik dan ekspor.
"Ini adalah perluasan dari pabrik kita yang ada di Cikarang, yang berjarak 1 kilometer dari sini. Pabrik baru ini akan memproduksi peralatan listrik mulai dari tegangan rendah (low voltage) hingga tegangan menengah (medium voltage) dengan 40% konten lokal," ujar Martin Setiawan.
Dikatakan lebih lanjut oleh Martin Setiawan, pabrik ini juga menjadi simbol komitmen Schneider Electric terhadap keberlanjutan, dengan target mencapai operasi netral karbon (zero carbon operation) pada 2030. Di samping itu, pabrik ini telah memperoleh sertifikasi Net Zero CO2 dan seluruh kebutuhan energinya dipenuhi dari sumber energi hijau—23 persen dari panel surya dan 77 persen dari pembangkit listrik tenaga air.
Langkah ini juga berkaitan dengan prioritas pemerintahan Indonesia dalam visi ASTA CITA untuk memperkuat ketahanan energi, ekonomi hijau, menciptakan pekerjaan yang berkualitas, mendukung perusahaan, dan meneruskan pembangunan industri dan pembangunan di bawah untuk meningkatkan nilai lokal.
"Komitmen kuat kami untuk mendukung kemajuan Indonesia dan membangun masa depan yang lebih baik dan lebih berkelanjutan. Pembangunan ini diharapkan akan mempengaruhi lebih dari 400 ribu orang dalam ekosistem perusahaan, termasuk pekerja, penjual, pembeli, dan pelanggan. Schneider Electric juga mendukung perkembangan infrastruktur digital Indonesia termasuk sektor data center yang berkembang dengan cepat. Kami percaya bahwa kooperasi kuat dan panjang antara pemerintah, industri, seperti yang kita lihat hari ini, adalah kunci untuk masa depan yang lebih cerah dan lebih berkembang untuk Indonesia," tutup Martin Setiawan.
Sementara itu, Direktur Permesinan & Alat Mesin Pertanian Kementerian Perindustrian, Solehan SP, MM, mengapresiasi yang setinggi-tingginya kepada seluruh jajaran Schneider Electric Indonesia atas suksesnya pembangunan pabrik ketiga di Cikarang ini.
"Pembangunan pabrik baru ini di kawasan East Jakarta Industrial Park (EJIP) merupakan langkah strategis dan bukti komitmen perusahaan dalam memperkuat sektor industri manufaktur khususnya industri peralatan listrik di Indonesia, sekaligus memanfaatkan potensi sumber daya Indonesia yang berkelanjutan dan memberikan dampak positif bagi pertumbuhan industri manufaktur di Indonesia," ujar Solehan dalam sambutannya mewakili Wakil Menteri Perindustrian yang berhalangan hadir.
Solehan mengungkapkan, berdasarkan data World Bank of United Nations Statistics, nilai manufakturing value added MPA Indonesia tahun 2023 mencapai USD 255,96 miliar, merupakan yang tertinggi dari yang sebelumnya pernah dicapai. Nilai tersebut menempatkan Indonesia dalam 12 besar negara manufaktur dunia, serta yang terbesar kelima di Asia, di bawah China, Jepang, India, dan Korea Selatan.
Di Asia sendiri, nilai MPA Indonesia tentunya menjadi yang tertinggi, jauh melampaui nilai MPA negara-negara Asia termasuk Thailand dan Vietnam. Trend MPA Indonesia terus meningkat sejak tahun 2019, kecuali pada saat pandemik, dan kini setara dengan beberapa negara industri maju seperti Inggris Raya, Rusia, Perancis, rata-rata MPA dunia adalah USD 78,73 miliar, sementara Indonesia mencatatkan rata-rata sebesar USD 102,85 miliar.
"Ini tentunya mencerminkan struktur industri manufaktur nasional yang kuat dari hulu ke hilir," terangnya.
Sedangkan berdasarkan data PDB pada kuartal pertama di tahun 2025 yang dirilis oleh BPS, sektor industri manufaktur berkontribusi sebesar 17,5% terhadap PDB. Capaian ini naik dibanding prioritas yang sama tahun 2024 yang sebesar 17,47%, serta lebih tinggi dari sumbangsih sepanjang tahun 2024 yang berada di angka 17,16%.
Selain itu, sektor manufaktur Indonesia juga tetap tercatat sebagai sektor utama penopang pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan kinerja ekspor nasional. Lebih lanjut indikator lainnya juga mencerminkan sinyal positif seperti Purchasing Managers' Index atau PMI Indonesia pada awal tahun 2025 berada di level 51,9 yang mencerminkan bahwa industri dalam zona ekspansi. Indeks Kepercayaan Industri (IKI) juga mencatat peningkatan optimisme dari pelaku usaha sebagai respon terhadap iklim usaha dan upaya reformasi industri yang terus berjalan.
Lebih lanjut, pemerintah Indonesia tengah mengawal reformasi besar sebagai pondasi Menuju Indonesia Emas di tahun 2045. Dibawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, pembangunan nasional di fokuskan pada Hilirisasi industri, digitalisasi ekonomi, downstreaming industri, dan energi transisi. Untuk mendukung pertumbuhan ekonomi 8% di tahun 2029, tentunya pemerintah meresmikan 37 proyek dengan kapasitas lebih dari 3.200 MW.
Ini bukan sekadar proyek infrastruktur, melainkan penguatan energi nasional dari sumber terbarukan untuk menopang ekspansi dan digitalisasi. Di sisi lain, pemerintah juga menargetkan ekonomi digital tumbuh hingga USD 120 miliar dan USD 400 miliar pada tahun 2030.
"Ini adalah wujud nyata komitmen untuk membangun pertumbuhan yang eksklusif, berkelanjutan dan membuka peluang besar bagi masa depan industri Indonesia," Ujar Solehan.
Di sisi transisi energi berkelanjutan, pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai net zero emission di tahun 2060 atau bisa lebih cepat di tahun 2050 untuk sektor industri dengan mengembangkan pembangkit energi baru terbarukan dengan memanfaatkan energi surya, panas bumi, air, angin, dan bio energi. "Kami akan terus mendorong perkembangan industri pendukung EBT yang lain seperti di Baterai, Panel Control, Generator, Turbin Air, Turbin Angin, dan lain-lain. Kami harap Schneider Electric juga ikut sebagai komponen dan produk untuk mendukung pengembangan energi EBT," tambahnya.
Selain itu, Kementerian Perindustrian ingatkan kembali terkait pentingnya upaya meningkatkan nilai tingkat komponen dalam negeri (TKDN) atau local content dalam setiap proses produksi maupun pengadaan bahan baku dan komponen.
Diakhir sambutannya, Solehan menyampaikan apresiasi tinggi kepada Schneider Electric Indonesia yang telah memberikan komitmen besar melalui perluasan pabrik ini. Pabrik baru ini bukan hanya menandai dimulainya sebuah lini produksi, namun juga menjadi simbol dan tekad bersama untuk menjadikan Indonesia sebagai pemain utama dalam industri manufaktur dunia.
Di tengah tantangan global, inilah momentum kita untuk bangkit berinovasi dan menunjukkan bahwa anak bangsa mampu bersaing di panggung teknologi tinggi di global.
"Semoga keberhasilan pembangunan pabrik ketiga di Cikarang ini menjadi inspirasi dan titik tolak lahirnya lebih banyak investasi berkualitas, sinergi lintas sektor, serta pencapaian besar lainnya bagi negeri ini. Mari kita terus bergerak maju untuk industri yang lebih mandiri, ekonomi yang lebih hijau dan masa depan Indonesia yang lebih berdaya saing dan berkelanjutan," tukas Solehan.
Fabien Penone, Duta Besar Prancis untuk Indonesia, Timor Leste, dan ASEAN mengatakan, Prancis dan Indonesia terus memperkuat kemitraan ekonomi bilateral, sebagaimana disepakati oleh Presiden Emmanuel Macron dan Presiden Prabowo Subianto pada 28 Mei 2025. Banyak perusahaan Prancis berpartisipasi dalam mendukung pengembangan sektor industri dan teknologi Indonesia. Di antara perusahaan tersebut, Schneider Electric menonjol sebagai pemimpin industri asal Prancis yang telah menunjukkan komitmen jangka panjangnya terhadap pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
Perluasan smart factory Schneider Electric di Cikarang menjadi simbol nyata kolaborasi strategis antara kedua negara. Investasi ini bukan hanya meningkatkan kapasitas produksi, tetapi juga menciptakan lapangan kerja berkualitas serta mendorong transformasi energi dan industri di Tanah Air. Fasilitas ini sepenuhnya didukung oleh sumber energi ramah lingkungan dan mengintegrasikan teknologi mutakhir seperti Artificial Intelligence (AI), membuktikan bahwa inovasi industri dapat sejalan dengan komitmen terhadap keberlanjutan iklim.
"Pemerintah Prancis mendukung penuh pertumbuhan Schneider Electric di Indonesia dan berharap keberhasilan ini akan menjadi inspirasi bagi lebih banyak perusahaan Prancis untuk turut berkontribusi dalam mewujudkan masa depan Indonesia yang berkelanjutan dan digital," ujarnya.
Sebagai smart factory unggulan Schneider Electric di Indonesia, Schneider Electric Cikarang memegang peran strategis dalam rantai pasokan regional dan ekspor global perusahaan. Pada 2025, pabrik ini merampungkan perluasan seluas 3.200 meter persegi untuk menjawab lonjakan permintaan dari pasar domestik maupun internasional, terutama di sektor pusat data, utilitas listrik, minyak & gas, serta pertambangan. Perluasan ini meningkatkan kapasitas produksi panel tegangan rendah (LV) hingga 200% dan memperkuat skalabilitas operasional.
Schneider Electric berkomitmen untuk terus mengembangkan fasilitas ini secara bertahap hingga 2029 guna mendukung pertumbuhan jangka panjang, dengan target penyerapan tenaga kerja hingga 1.500 orang dan dampak positif terhadap lebih dari 400.000 individu, termasuk karyawan, mitra, dan vendor. Saat ini, hampir 100% karyawan di Schneider Electric Cikarang merupakan orang Indonesia.
Sebagai pusat produksi Made in Indonesia, Schneider Electric di Cikarang memproduksi switchgear tegangan rendah dan menengah (Low and Medium Voltage Switchgear) dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) hingga 40%, serta 82% bahan dan komponen Outside-Group dipasok dari mitra dalam negeri. Hal ini menegaskan komitmen perusahaan dalam memperkuat rantai pasokan nasional. Hampir setengah dari total produksi ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik, sementara sisanya diekspor ke pasar-pasar utama seperti Vietnam, Malaysia, Korea Selatan, Australia, dan Singapura.
Dalam perluasan pabrik terbaru, Schneider Electric Cikarang akan terus memproduksi beberapa solusi andalannya, seperti switchgear Pure Air SM AirSet yang baru, switchgear digital pertama MCSet, dan semua switchgear Tegangan Rendah Schneider Electric yang canggih.