Parsel Ramadan Dompet Dhuafa Beri Kebahagiaan Ikbal dan Anak-Anak Lain di Tengah Keterbatasan

Oleh : Candra Mata | Sabtu, 22 Maret 2025 - 16:22 WIB

INDUSTRY.co.id - Depok, Setiap insan memiliki ujiannya masing-masing, entah itu kesulitan ekonomi, kehilangan orang tercinta, atau kondisi fisik yang berbeda dari kebanyakan. Namun, di balik setiap keterbatasan, selalu ada kisah perjuangan yang luar biasa (Sabtu, 22/03/2025).

Ada mereka yang memilih menyerah, tetapi ada juga yang menjadikan keterbatasan sebagai pijakan untuk bangkit, tentang menemukan kekuatan di tengah keterbatasan, tentang harapan yang terus menyala meski jalan terasa gelap. Seperti kisah Ikbal, yang sejak lahir sudah dihadapkan pada kenyataan yang berat, namun tak berhenti berjuang untuk menjalani hidupnya.

Sejak dilahirkan, Ikbal sudah dihadapkan dengan kenyataan yang berat. Ikbal terlahir dengan kaki yang kurang lengkap, satu kakinya tak bisa ditekuk, ia pun harus berjuang ketika dilahirkan tanpa anus. Sejak awal, hidupnya adalah perjalanan panjang melawan keterbatasan.

Ikbal tinggal bersama ibu dan kakaknya, ibu yang selalu menjadi pahlawan bagi putra putrinya. Bagi seorang ibu, tak ada pilihan selain tetap menjalani kehidupan. Ketika keluarga suaminya tak menerima kondisi Ikbal, Marliani dipaksa memilihantara tetap tinggal tapi menyerahkan Ikbal ke panti asuhan atau pergi. Hatinya tak sanggup meninggalkan Ikbal, namun dengan keteguhan hati, Marliani memilih pergi, meninggalkan segalanya demi merawat anak yang Allah titipkan padanya.

“Mau nggak mau aku pergi dari rumah, biarlah semuanya aku tinggalin, aku bawa Ikbal dengan kondisi seperti itu, belum dioperasi, nggak punya anus, sedangkan dia butuh pampers, kantong kolostomi. Kita bawa Ikbal, kita ngontrak satu petak dengan kondisi seperti itu,” cerita Marliani.

Hari-hari berikutnya adalah pertarungan melawan kesulitan. Marliani harus mengurus Ikbal yang membutuhkan kantong kolostomi, pampers, dan perawatan medis intensif. Bolak-balik ke rumah sakit menjadi rutinitas Marliani dan Ikbal selama tiga bulan. Keterbatasan ekonomi yang menimpanya, ia tetap bertahan, mengandalkan usaha catering kecil-kecilan demi menghidupi kedua anaknya. Katanya, air matanya telah habis tapi semangat Ikbal dan Marliani tak pernah pudar.

Perjuangan Marliani dan Ikbal tak hanya di ranah ekonomi. Saat ingin menyekolahkan Ikbal, mereka mendapati penolakan bertubi-tubi. TK menolak, SD menutup pintu, madrasah pun tak menerima. SLB menjadi pilihan, tapi biayanya tak terjangkau.

“Kalau anak ‘kaya gini’ ga bisa,” cetus seseorang.

“Gimana orang tua ga sakit hati, saya pulang daftarin Ikbal sekolah mandi air mata, begini anak disabilitas. Anak disabilitas itu ga diterima, kasian banget ibu-ibu yang punya anak disabilitas seperti saya,” kata Marliani sambil menyeka air matanya.

Hatinya pedih melihat anaknya tak bisa belajar hanya karena kondisi fisiknya. Namun, keajaiban datang salah satunya lewat rekomendasi Dinas Sosial. Ikbal akhirnya bisa bersekolah di SD, meski tetap harus berjuang mengejar ketertinggalannya dalam membaca dan menulis.

Di sekolah, Ikbal menghadapi tantangan lain. Ia harus melawan stigma dan cemoohan. Bahkan ketika ingin sholat di masjid, ia mendapatkan perlakuan tak mengenakkan. Hati Marliani hancur saat mendengar putranya menangis karena perlakuan orang-orang yang tak mengerti perjuangannya.

“Terus katanya, gini ya mah nasib orang cacat mah, orang ga punya kaki ya mah, aku bikinin kaki dong mah, kaki aku tumbuh ga si mah? hati kita sebagai ibu sakit karena sampai segitunya gara gara kaki,” jelas Marliani menceritakan keluh kesah sang anak.

Namun, kebaikan akan selalu menemukan kebaikan. Masih ada tangan-tangan baik yang meringankan langkah mereka. Bantuan dari Dompet Dhuafa yang berkolaborasi dengan Yayasan Nurul Hikmah menjadi salah satu berkah yang membantu mereka bertahan. Meski hidup penuh cobaan, Marliani tetap bersyukur. Ia tak pernah meminta banyak, hanya ingin melihat Ikbal tumbuh dengan bahagia, tanpa merasa berbeda.

Di pertengahan Ramadan 1446, Ikbal adalah satu dari 50 anak yatim dan anak berkebutuhan khusus yang mendapatkan bantuan Parsel Ramadan dan santunan dari kebaikan donatur yang disalurkan melalui Dompet Dhuafa. Tinggal menghitung hari menuju hari kemenangan, yang Ikbal inginkan adalah membeli baju lebaran untuk di hari raya.

“Kata Ikbal mah aku lebaran beli baju baru ya mah, orang-orang udah pada beli baju baru mah, terus kemarin Ikbal bilang mamah ada undangan nih mah, bukber, mamah nanti kalau aku dapet amplop buat beli baju lebaran ya mamah,” lanjut Ikbal.

Menepis ungkapan Marliani tentang perbedaan perlakuan yang dirasakan sang anak, pada kesempatan ini Yayasan Nurul Hikmah yang berkolaborasi dengan Dompet Dhuafa mengadakan Ramadan Bersahabat, di mana kegiatan ini selain memberikan Parsel Ramadan dan Santunan tetapi juga untuk memberikan pemahaman bahwa setiap anak memiliki hak yang sama sekalipun mereka memiliki sebuah keterbatasan.

“Kami menerima anak reguler dan anak berkebutuhan khusus yang memang harusnya hidup berdampingan dengan hak yang sama memperoleh pendidikan yang sama. Hari ini kita duduk berdampingan antara anak-anak reguler, dan anak-anak berkebutuhan khusus mereka senang, mereka gembira. Kami hanya ingin membuktikan bahwa berbagi kasih sayang terus berdampingan dengan ABK itu tidak ada yang perlu dikhawatirkan,” ujar Shofa Basal, Kepala Program dan Kurikulum Yayasan Nurul Hikmah.

Parsel Ramadan Dompet Dhuafa diharapkan menjadi penguat bagi mereka yang tengah berjuang dan hidup berdampingan dengan keterbatasan. Parsel Ramadan diharapkan dapat memberikan kebahagiaan bagi mereka yang membutuhkan.

“Parsel Ramadan ini diberikan sebagai bentuk kepedulian dan cinta dari para donatur dan juga sebagai hadiah di bulan suci ramadan, harapannya semoga adik-adik kita tambah semangat menuntut ilmu, menjadi anak soleh dan solehah dan menjadi harapan bangsa. Selain itu, kita juga menyalurkan Parsel Ramadan untuk marbot masjid, fakir miskin, janda dan dhuafa,” kata Cipto Dewantoro sebagai perwakilan Dompet Dhuafa.

Perjalanan ini masih panjang. Namun, Marliani dan Ikbal tak akan pernah menyerah. Sebab bagi seorang ibu, tak ada yang lebih berharga dari senyum anaknya, meski harus menembus ribuan kesulitan.

“Alhamdulillah terima kasih banyak Dompet Dhuafa udah bantu saya, bantu ikbal, keluarga saya jadi meringankan beban hidup, Alhamdulillah rezeki dari Dompet Dhuafa, kebaikan Dompet Dhuafa semoga Dompet Dhuafa maju, saya bisanya cuma doa aja ga bisa apa apa,” ungkap Marliani.